Blue & Grey; 14

374 109 21
                                    

Setelah seminggu berlibur di rumah sang nenek, akhirnya Jieun sudah kembali ke rumahnya. Tekadnya sudah bulat untuk memberitahu bundanya mengenai apa yang sudah ayahnya perbuat dengan wali kelasnya.

"Bunda dimana?"

Jieun memindahkan ponselnya ke tangan kanannya. Wajahnya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat sang bunda yang mungkin sudah sampai untuk menjemputnya di bandara. Rumah nenek yang dimaksud Jieun bukan di sekitar Korea, melainkan di Amerika Serikat yang mengharuskan Jieun menaiki pesawat untuk sampai kesana.

"Area makanan ya sayang, bunda tunggu disini."

Suara yang hampir seminggu tak di dengar oleh Jieun itu akhirnya kembali terdengar oleh inderanya. Seminggu jauh dari sang bunda membuat Jieun merasa merindukan sosok wanita yang terkadang tegas dan lembut dalam waktu yang bersamaan.

Jieun mendorong kopernya, berjalan dengan sangat anggun untuk menghampiri sang bunda yang kini sudah berdiri dengan senyum dan lengan yang terbuka lebar menyambut kedatangan Jieun.

"Bagaimana liburannya?" Ujar Jiah setelah memeluk Jieun dengan sangat hangat.

"Seru. Nenek bilang ingin pulang ke Korea kalau bunda sudah tidak bekerja."

Jiah terkekeh pelan seraya mengacak rambut Jieun. "Makan dulu snacknya, baru kita pulang ke rumah."

Jieun mengangguk dan langsung duduk di hadapan bundanya. Memakan berbagai macam snack yang sudah disiapkan sang bunda dengan sangat lahap. Bundanya memang selalu menjadi sangat hangat ketika mereka berada di luar rumah, sangat berbeda jika sudah di dalam rumah atau hanya berdua dengan Jieun. Ia menjadi sosok ibu yang sangat tegas dan selalu terobsesi dengan nilai Jieun.

"Bun, sebentar lagi kan makan malam. Boleh tidak makan malam dengan bunda?"

Jiah yang tengah sibuk dengan ponsel karena harus mengawasi perusahaannya itu sontak menoleh kearah Jieun, menyimpan ponselnya diatas meja dan mulai melihat kedua tangannya di depan dada.

"Boleh." Ia melirik singkat sebuah jam tangan yang melingkar dengan cantik pada pergelangan tangannya.

"Kita makan jam 5 sore, ya?"

Jieun mengangguk pelan dan mulai mengunyah potongan terakhir sebuah donat yang sudah masuk ke dalam rongga mulutnya.

..

Sebuah restoran bergaya tahun 90's ini menjadi pilihan Jiah untuk makan bersama Jieun. Selain favoritnya, tempat ini juga lumayan dekat dengan kantornya yang hanya di pisahkan oleh beberapa butik dan toko.

"Favorit bunda." Adalah kalimat pertama yang diucapkan Jiah ketika mereka berdua duduk di sebuah set meja yang tentu saja identik pada jaman itu.

Jieun benar-benar tidak tahu jika ini adalah favorit bundanya karena setiap mereka makan malam keluarga; tentu saja dengan Sinwo, mereka selalu makan di restoran Jepang atau Korea dengan gaya klasik nan mewah.

"Bagaimana hasil nilai ujianmu? Bukankah sudah keluar hari ini?"

Jieun mengangguk pelan, merogoh saku celananya dan mengambil ponsel miliknya. Memilih berkas yang dikirimkan sekolahnya melalui surel miliknya dan kemudian memperlihatkan kepada sang bunda.

"Aku diposisi pertama." Ujar Jieun.

Jiah bertepuk tangan pelan beberapa kali. "Sudah mencari-cari program studi dan universitas yang kau mau?"

"Belum." Lirih Jieun.

"Sebentar lagi lho, kau sudah harus mempersiapkan semuanya. Pilih program studi yang punya masa depan cerah." Ujar Jiah.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang