Sudah dua puluh menit sejak Jieun pergi meninggalkan Taehyung begitu saja tanpa menanggapi permintaan konyol dirinya. Taehyung menghela napas kasar, menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa yang seakan terasa akan runtuh begitu saja.
Berkali-kali ia mengumpat, merutuki dirinya sendiri atas keputusan yang sudah ia buat beberapa puluh menit lalu. Betapa kurang ajar dirinya yang mencium Jieun dan meminta gadis itu pergi tanpa mendengarkan penjelasan apapun. Atau tanpa memberi mereka kesempatan kedua.
"Kakak.."
Taehyung menoleh kearah salah satu kamar yang digunakan oleh Jiji. Gadis mungil itu sudah diambang pintu, memegang tembok kamarnya seraya melihat Taehyung.
"Jieun? Kenapa bangun?" Ujar Taehyung.
Jiji berlari ke arah Taehyung, menaiki sofa dan berakhir duduk dipangkuan sang kakak.
Sementara Taehyung dengan senang hati memangku gadis mungil itu, memberikan sentuhan lembut pada ujung kepala gadis yang sudah menyandarkan kepala pada dadanya.
"Kakak yang tadi kemana?" Tanya Jiji.
"Sudah pulang. Kenapa?"
"Jiji belum berterimakasih lho." Ketus Jiji.
Taehyung terkekeh pelan. "Besok kita kesana ya sebelum Jiji pergi ke sekolah."
"Kalau sekarang memangnya kenapa? Kan kakak bilang kita harus berterima kasih secepat mungkin."
"Sekarang sudah malam, kakak tadi pasti ingin beristirahat." Ujar Taehyung.
Jiji menghela napas kasar. Melipat kedua tangannya di depan dada seraya memajun bibirnya.
"Kak Tae menyebalkan."
Taehyung tertawa pelan seraya mengacak rambut Jiji.
"Kakak takut ketemu kaka yang tadi." Ujar Taehyung.
"Lho? Kenapa? Kakak tadi baik loh, cantik juga seperti Jiji. Apalagi nama kita juga sama." Ujar Jiji seraya tertawa pelan.
"Memang." Lirih Taehyung pelan.
Jiji menoleh, menatap Taehyung dan memeluk tubuh kakaknya. Tangan mungilnya itu sudah menepuk-nepuk dengan pelan pundak Taehyung.
"Kak Tae kenal ya dengan kak Jieun?"
Taehyung mengangguk pelan.
"Kakak punya salah dengan kak Jieun?" Tanya Jiji.
Taehyung hanya menatap Jiji tanpa menjawab pertanyaan gadis mungil yang berada di pangkuannya.
Denting jarum jam dan suara tepukan pada pundaknya ini seolah menjadi satu-satunya suara yang dapat ditangkap oleh indera pendengaran keduanya.
"Kenapa kak Tae tidak meminta maaf?"
Merasa tak mendapat jawaban, Jiji kembali berujar. "Kalau kakak punya salah, kakak harus meminta maaf."
Jiji menghela napas kasar. Lagi-lagi Taehyung tak menanggapi pertanyaannya.
"Jangan-jangan, kakak sengaja ya memberi Jiji nama yang sama dengan kak Jieun?"
Taehyung yang sudah menoleh sejak tadi ke arah Jiji ini lantas mengusap kepala gadis mungil itu. "Jiji mirip sekali dengan kak Jieun."
"Kak Jieun cerewet juga seperti Jiji, ya?"
Taehyung mengangguk seraya tertawa pelan. "Benar."
"Kak, aku mau ketemu kak Jieun dong." Ujar Jiji.
Taehyung menangkup wajah mungil itu yang sangat terasa kecil di telapak tangannya. Mengelus pipi Jiji dan berujar pelan. "Besok ya? Sekarang Jiji tidur, okey?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!