2002; 2

377 101 21
                                    

"Sudah yah, aku sudah dirumah yang ayah rekomendasikan."

Jieun yang kini sudah berada di kamar barunya ini tengah membereskan barang-barangnya. Sebuah kamar yang seukuran dengan kamarnya dulu itu membuat Jieun tak terlalu lama untuk memikirkan bagaimana tata letak kamarnya nanti. Mungkin juga karena barang-barangnya yang tidak terlalu banyak.

"Lho? Kamu langsung setuju tinggal disana?"

"Lho? Ayah yang merekomendasikan, bukankah ayah kenal?"

"Lho? Tidak."

"Lho?"

Jieun yang tengah melipat pakaiannya itu kini beranjak, mendekat ke arah pintu dan membukanya sedikit. Mencari sosok pemilik rumah yang dapat ia lihat dari kamarnya sedang bermain game di ruang tengah.

"Ayah serius tidak kenal?"

"Serius." Jawab Sujim santai.

"Lalu kenapa ayah merekomendasikannya untukku, hah?"

"Yaa karena kamu butuh tempat tinggal, kan?"

"Ayah, bagaimana kalau dia orang jahat?"

"Orang jahat apasih, Jieun? Kantor polisi banyak kan? Kamu bisa lari kesana." Ujar Sujim.

Jieun mendecak sebal. Bagaiamana ayahnya itu tidak merasa khawatir sama sekali.

"Cih, menyebalkan." Ketus Jieun.

"Yaa kamu ada-ada saja. Jangan terlalu sering menonton drama bergenre thriller makanya." Ketus Sujim.

"Lalu aku harus menonton genre telenovela seperti ibu?"

"Ibu dengar sayang."

Jieun mendecak sebal, sudah pasti orang tuanya itu akan men-loud speaker panggilan darinya.

"Sudah ah. Jadi ini bagaimana, yah? Bu?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Gini deh, ayah dan ibu dapat informasi alamat ini darimana?" Tanya Jieun. Dirinya masih berdiri di belakang pintu.

"Dari salah satu pengunjung hotel kami kemarin. Anaknya baik dan tampan. Aduh, andai ibu masih muda."

Jieun mendengus sebal. "Seseorang yang ibu tidak kenal?"

"Tapi dia baik nak, sopan juga. Andai--"

"Tidak. Ibu sudah tua, ingat anak ibu sebentar lagi wisuda." Ketus Jieun.

Kini Jieun dapat mendengar tawa ayah dan ibunya itu. Kakinya mulai melangkah pada sisi kasur dan duduk disana.

"Kenapa kamu langsung mau saja pindah kesana? Karena pemilik rumahnya tampan? Dasar!" Ketus Sujim.

"Aku tidak bilang seperti itu." Ketus Jieun.

"Lagipula ayah kan belum aku beritahu pemilik rumahnya seperti apa." Lanjut Jieun lagi.

"Ah.. benar juga."

"Jadi seperti apa?" Tanya Sora.

"Ibu dan ayah ingat saat SD aku pernah bertengkar dengan anak laki-laki di taman bermain?"

"Ah, anak laki-laki yang botak itu?" Tanya Sora.

"Nah, iya benar. Dia pemilik rumah ini bu!"

Sora tertawa sangat renyah dan diikuti Sujim sementara Jieun hanya bercedak beberapa kali karena merasa risih dengan tawa kedua orang tuanya.

"Bagus dong." Ujar Sora.

"Bagus apanya sih, bu?" Ketus Jieun.

"Yaa terus kamu kenapa langsung deal saja tinggal disana?" Tanya Sora.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang