Bunyi denting jarum jam dinding mengisi kesunyian di rumah Jieun. Sudah hampir pukul 12 malam dan Jieun masih enggan beranjak dari ruang tamu rumahnya.
Matanya masih sibuk menatap laptop dan membuka buku-buku lusuh di sisi kanan dan kirinya. Meski tak begitu jelas gambar yang ada pada buku itu, Jieun bisa melihat sketsa yang sama dengan wajah pria yang masih berada di depan pagarnya.
Tak menghiraukan perintah orang tuanya untuk memanggil polisi, Jieun malah sibuk mencari tau mengenai sejarah. Tak jarang ia merutuki dirinya yang selalu tertidur saat jam pelajaran sejarah semasa sekolahnya. Ya, sebegitu tidak sukanya Jieun dengan sejarah.
"Lagipula kalau benar dia hanya aktor, kenapa juga harus mengikutiku sampai ke rumah?" Gumam Jieun.
Ia lantas bangkit dari duduknya, berjalan menuju pintu utama rumahnya untuk membuka kunci. Namun ia tahan bersamaan dengan pikiran anehnya yang kembali muncul.
"Bagaimana jika dia punya gangguan jiwa? Haruskah aku memanggil polisi saja?" Gumam Jieun.
Ya, Jieun benar-benar memanggil polisi. Tak lama menunggu satu unit mobil kepolisian sudah berada di depan rumahnya dengan lampu khas mobil polisi yang menyala, tentu saja tanpa sirine yang dinyalakan.
Jieun berjalan keluar pagar setelah kedua anggota polisi itu menghampiri pria dengan pakaian tradisional khas negaranya.
"Saya tidak tau dia siapa dan asalnya darimana. Saya hanya tau dia mengikuti saya sampai kesini." Jelas Jieun.
Kedua polisi itu mengangguk pelan.
"Siapa nama anda?"
"Saya? Saya Kim Hansung, kalian tidak mengenal saya?"
Pria yang bahkan terlihat belum begitu tua itu memperhatikan kedua polisi dari atas sampai bawah. Sesekali ia memegang lencana yang dikenakan polisi tersebut dan bertanya; "Pakaian apa yang kalian kenakan?"
Kedua polisi itu saling tatap dan berakhir menatap Jieun.
"Saya minta kartu identitas anda."
"Apa itu kartu identitas."
Jieun berakhir memegang kepalanya. Merasa pusing karena kemunculan pria aneh yang bahkan tidak tau asalnya darimana dan dia siapa.
"Kalian ikut ke kantor saja." Ujar salah satu anggota polisi.
Jieun mengangguk, ikut masuk ke dalam mobil polisi. Pasti dia akan dimintai keterangan mengenai pria yang berpakaian aneh di sampingnya itu.
"Saya sudah jelaskan pak, saya tidak mengenal dia. Saya juga tidak tau dia mulai mengikuti saya darimana."
"Augh, lihat si bodoh itu." Gumam Jieun setelah melihat pria aneh itu berjalan kesana kemari dan memegang beberapa peralatan yang ada di depannya.
"Kau bertemu dengannya di swalayan?"
Jieun mengangguk. "Saya sedang berbelanja dan tiba-tiba ada keributan dari arah kasir. Saya kesana dan ternyata dia tengah berantem dengan penjaga kasir."
"Kau yang membelikannya minuman itu?"
Jieun mengangguk lagi setelah ia menoleh ke arah botol minuman keras yang masih saja di pegang oleh pria aneh itu. "Karena dia bersikeras untuk menukar minuman itu dengan barang-barang yang dimilikinya."
Kedua polisi itu mengangguk mengerti. Pandangannya kini beralih pada sosok pria yang masih memegang telepon dan sesekali menekan nomor acak pada telepon disana.
"Kau boleh pulang. Selagi kami mencari identitasnya, pria itu akan kami tahan disini." Jelas salah satu polisi.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!