Coin in Case; 10

236 65 3
                                    

Sudah sebulan sejak keluarnya Kim Taehyung sebagai sandera Coinín dan juga sudah sebulan Tim Alpha kehilangan seniornya; Min Yoongi untuk menangani kasus ini. Sejak sebulan lalu Kim Taehyung melalukan analisis sendiri di apartemen pribadinya. Benar, sejak saat Yoongi sebagai senior yang sangat ia hormati itu terlibat dengan Coinín dalam sebuah perjanjian sulit baginya untuk percaya pada siapapun kali ini. Termasuk Kim Namjoon.

Lembar demi lembar catatan yang berisi ringkasan singkat mengenai analisisnya tentang Coinín dan motif dibalik wanita itu menganiaya korban serta siapa yang membunuh korban kini semuanya sudah terangkum dalam beberapa lembar kertas yang berada di laci kerja Taehyung.

"Nak, i-ibu takut.." Adalah kalimat yang ia dengar ketika menjawab panggilan dari sang ibu beberapa detik lalu.

"Bu? Aku ke panti sekarang, ibu disana kan?" Ujar Taehyung.

"I-ibu minta ma-maaf.." Suara wanita setengah baya itu terdengar gemetar, seolah dirinya tengah dihadapkan pada suatu kondisi yang benar-benar membuatnya sangat ketakutan.

Hingga seperkian detik selanjutnya Taehyung mengambil langkah cepat untuk pergi ke panti sosial milik sang ibu. Biasanya jika dirinya tengah santai untuk pergi kesana bisa memakan waktu selama 45 menit jika lalu lintas lancar. Kini ia sampai di panti sosial itu kurang dari 30 menit dengan berbekal rasa khawatir yang terus menghantuinya selama perjalanan.

Panti sosial yang cukup luas dengan satu aula dan puluhan kamar tidur serta dua dapur itu tampak sangat sepi. Hanya suara jangkrik dan suara air keran yang menyala di wastafel dapur utama bangunan itu.

Taehyung memanggil ibunya, menyusuri halaman rumah hingga sampai pada dapur utama tempatnya mendengar suara air. Namun nihil, tak ada siapapun disana.

"Jihyo? Ibu dimana?"

Anak kecil berusia 12 tahun itu menatap Taehyung dengan sorot lampu seadanya. Entah apa yang membuat anak berusia 12 tahun itu bangun dari tidurnya dini hari.

Jihyo tak menjawab, dengan penerangan seadanya Taehyung dapat melihat raut wajah gadis kecil itu tampak datar dengan kedua telapak tangannya yang gemetar. Hingga lengan kecilnya itu menunjuk sebuah kamar tidur.

Tanpa pikir panjang, Taehyung membawa Jihyo dalam gendongannya. Berjalan menuju kamar tidur yang sempat ditunjuk oleh Jihyo tadi.

Tangisnya pecah kala sang ibu tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir dari perutnya. Ia menurunkan Jihyo, menangkup wajah sang ibu dan mencoba membangunkannya berkali-kali.

"Ibu bangun.."

Berkali-kali tak mendapat jawaban, Taehyung dengan cepat menelpon bantuan dengan ponselnya. Berbicara dengan sangat gemetar untuk menjelaskan rincian kejadian yang dialaminya.

Selama menunggu bantuan datang, Taehyung menyusuri rumah panti tersebut. Menggeledah semua ruangan-ruangan yang ia anggap mencurigakan.

Hingga langkahnya terhenti pada dapur utama yang menjadi tempat tujuannya pertama kali. Setelah lampunya dinyalakan, ia dapat melihat beberapa jejak noda darah yang menetes hingga berakhir di kamar sang ibu.

Sebuah kertas yang dilipat menjadi empat bagian ini menjadi perhatian Taehyung. Meski sudah terkena noda darah, ia tetap membukanya. Kalimat demi kalimat disana membuatnya terkejut bukan main.

"Bu, maaf aku tidak bisa menjadi seperti anak ibu yang lain. Tapi kenapa ibu tak pernah mengenalkanku ke publik sebagai anak ibu juga? Terlalu memalukan ya, mempunyai anak dari hasil hubungan gelap ibu?"

Taehyung berlutut menahan tangis. Air mata yang sudah membendung di pelupuk matanya itu harus segera ia singkirkan agar bisa membaca tulisan itu dengan jelas. Dadanya seolah sesak mendapati fakta jika ibunya melakukan dosa sebesar itu. Kini dunianya seakan runtuh tepat di kepalanya.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang