Kamis sore di musim panas, sebuah gelas berisi es kopi yang menemani beberapa buah buku tebal dan laporan-laporan keuangan nampak sangat kontras pada sebuah ruangan bergaya klasik di sudut restoran. Dihiasi beberapa bingkai berisi alur pertumbuhan sang anak hingga berakhir pada bingkai remaja laki-laki yang tengah memegang gitarnya begitu menawan di atas panggung.
Sesekali Jieun membenarkan kacamata bacanya. Usianya yang tak lagi muda membuatnya sulit melihat tulisan demi tulisan pada selembaran yang kini tertumpuk rapih pada sudut lain dari mejanya.
"Iya sayang? Mama di restoran."
"Gyu masih ada les ma. Tungguin pulangnya ya? Nanti Gyu kesana."
Suara itu terdengar jelas di sebrang sana. Suara milik buah hatinya yang perlahan demi perlahan semakin memberat sesuai usianya. Tentu saja itu adalah pertanda jika Beomgyu mungkin sebentar lagi akan menginjak masa dewasa.
"Iya sayang, mama tungguin. Makan malam di rumah atau di restoran saja?"
"Hmm.. Kalau lewat dari jam 5 aku belum sampai berarti makan di restoran saja, ma."
"Okey, hati-hati ya. Ingat, jangan main ponsel kalau naik bus."
"Ya, ma."
Sambungan telepon akhirnya terputus. Setelahnya Jieun kembali mengambil lembaran lain di sudut mejanya. Mengecek pengeluaran serta pemasukan restorannya.
Hari ini merupakan tanggal dimana restorannya harus tutup buku selama satu bulan dan hari ini juga para karyawannya akan mendapat upah selama satu bulan bekerja. Tentu saja Jieun akan mengurusinya saat ini.
Jieun menoleh singkat setelah Yumi muncul dari pintu ruangannya. Berdiri sangat sopan dengan kedua tangan yang bertaut di depan serta menunggu Jieun untuk mempersilahkannya bicara.
"Ada tamu, bu."
"Tamu?" Ulang Jieun.
Jika tak salah ingat, hari ini dirinya tidak memiliki janji pada siapapun. Kalau pun ada, pasti dia tidak akan lupa dengan siapa dan untuk keperluan apa mereka bertemu. Pasti ini adalah tamu dadakan atau dari orang pasar yang ingin supervisi.
"Katanya ingin berbicara dengan ibu secara pribadi."
"Secara pribadi? Siapa Yumi? Aku tidak pernah membuat janji pribadi di restoran." Ujar Jieun.
"Atas nama Yuna Lim, bu."
"Yuna Lim?" Gumam Jieun.
"Yang beberapa waktu lalu pesan 300 launch box dan menyerahkan menunya pada ibu." Jelas Yumi yang dibalas anggukan dari Jieun.
Siapa yang tidak ingat sosok Yuna Lim. Seseorang yang memesan launch box dan mempersilahkan si pemilik restoran memilih menu terbaiknya.
"Ah, yasudah suruh ke ruangan aku saja ya."
"Baik, bu."
Yumi pergi dari tempatnya berdiri, menyisakan Jieun yang masih sibuk di meja kerjanya. Menulis pekerjaannya dengan teliti sebelum akhirnya ia ketik pada satu set komputer kantor miliknya.
"Halo Yun-- Taehyung?"
Jemarinya yang sejak tadi berada pada keyboard itu kini ia tarik, sementara tubuhnya ikut berdiri menegang. Di musim panas ini, ia merasa hawa di sekitarnya dingin. Seolah ada sepasang tangan jahil yang menurunkan suhu ruangannya hingga ia sampai semenggigil ini.
"Ji, aku kesini--"
"Pergi!"
Kaki jenjang Jieun sudah melangkah dengan berani. Melanglah maju ke hadapan Taehyung hingga suaminya itu terpaksa menyudutkan diri pada pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!