Sudah setahun sejak Taehyung berhasil dinyatakan tidak bersalah oleh kepolisian terkait kasus narkoba yang sempat merenggut semua cita-cita dan masa depannya. Sudah setahun pula ayahnya; Kim Taeoh mendekam di sel tahanan menggantikan dirinya atas kesalahan yang sudah ia buat.
Taehyung kini sudah menjadi mahasiswa kedokteran tingkat dua di salah satu Universitas yang menyediakan beasiswa akan kecerdasan dan prestasinya semasa sekolah. Aktivitas sehari-harinya bahkan hanya di habiskan di kampus, di restoran Seokjin dan di kosannya. Tak banyak memiliki teman setelah Woosik dan Daniel memilih untuk meninggalkan Taehyung setelah dirinya menjadi mantan tahanan, kini ia hanya mengandalkan Jimin sebagai satu-satunya teman yang ia punya.
Berbicara mengenai Jimin, Taehyung kembali teringat pada kejadian beberapa bulan lalu. Saat itu Jimin menelponnya, berbicara jika Jieun menghubungi Jimin dan menanyakan kontaknya.
"Jieun bertanya tentangmu." Itulah kalimat pertama setelah Taehyung menjawab panggilan Jimin.
Saat itu ia sedang di kampus, mengerjakan beberapa tugas di taman kampus dengan pemandangan mahasiswa yang berlalu lalang disana.
"Kau ceritakan saja yang kau tahu." Jawab Taehyung.
"Kalau dia bertanya kau sudah mempunyai kekasih atau belum?"
"Jawab saja, aku berkencan dengan salah satu mahasiswi disini."
Itulah jawaban yang disesali Taehyung sampai saat ini. Bukan tak ingin, hanya saja ia merasa belum cukup pantas untuk Jieun.
Hingga lamunannya tersadar ketika seorang polisi membuka pintu sebuah tahanan dan membawa seseorang yang sangat ia kenal itu ke hadapannya meski ditutupi oleh kaca dan mereka berdua harus berbicara lewat telepon yang disediakan disana.
Pria setengah baya itu duduk dan sudut bibirnya terangkat melihat Taehyung. Mengambil gagang telepon di sisi kanannya dan menunggu Taehyung meletakkan gagang itu pada telinganya dan mulai berbicara.
"Apa kabar, nak?"
Taehyung masih diam, mengamati ayahnya beberapa puluh detik. Melihat sosok yang tak bisa ia benci sepenuhnya namun tak bisa ia maafkan sepenuhnya juga.
"Baik, yah."
"Ayah kapan bebas?" Ujar Taehyung lagi.
"6 tahun lagi, nak."
"Istri ayah sedang hamil, ayah akan memiliki bayi. Apa ayah tidak ingin menafkahi istri dan anak ayah?"
Taeoh tergugup, menatap anaknya dengan penuh rasa sesal seraya berujar. "Kau sering bertemu Mina?"
Taehyung mengangguk pelan. "Kandungannya sudah 9 bulan, yah."
"Ayah pasti akan bertanggung jawab, Taehyung. Ayah akan berkelakuan baik agar mendapat pengurangan hukuman selama di tahanan."
"Ayah kenapa orang tua selalu membuat keputusan tanpa memikirkan anaknya?"
Taeoh merasa terpukul, baru kali ini Taehyung menjadi teman bicaranya. Menjadi sosok pria yang sudah dewasa dan benar-benar peka dengan hal sekitar. Ia merasakan sesak pada dadanya, merasa menyesal atas beribu kesalahan yang pernah ia buat. Atas ketidak dewasaan dan ketidak mampuannya sebagai seorang orang tua yang yang layak untuk Taehyung.
"Maafkan ayah, nak. Maafkan ayah."
Taeoh menyeka air matanya. "Ayah berjanji akan bertanggung jawab dengan anak ayah dan Mina nanti setelah keluar dari sini."
"Jangan mengucapkan janji yang bahkan ayah tidak tahu bisa menepati itu atau tidak. Seperti ayah yang membuat keputusan seolah keputusan yang tepat tapi ayah menyesalinya di kemudian hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanficBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!