"Sudah seminggu, masih menunggu si wanita seksi dari club itu?"
Suara Woosik yang terdengar begitu usil mengudara bebas masuk ke dalam indera pendengaran seorang pria yang sibuk dengan bererapa dokumen di meja kerjanya. Tak ingin mengambil pusing lantaran perkataan usil temannya, Taehyung hanya menggeleng pelan. Melirik jam pada ponselnya bersamaan dengan pesan singkat yang tertera di layar ponsel.
"Aku ada meeting untuk project luar negeri."
"Oh? Si sibuk Kim Taehyung sudah kembali ya setelah berhari-hari menatap layar ponsel menunggu pesan singkat--"
"Pak Kim Taehyung, sudah ditunggu di ruang rapat. Aula lantai 3 ya pak."
Taehyung menatap pada sosok wanita yang sudah kembali menghilang di balik pintu ruangannya. Lantas matanya melirik Woosik singkat.
"Jadi keputusannya apa, Kim? Masih enggan ke club malam ini?"
Taehyung masih enggan menanggapi. Sebenarnya alasan utama dirinya tidak pergi ke tempat hiburan malam beberapa hari ini bukan karena wanita yang sempat ditidurinya beberapa hari lalu, melainkan karena tuntutan pekerjaan yang membuatnya tak bisa pergi.
"Kau tidak bisa ke perusahaanmu sendiri daripada duduk tidak jelas di ruanganku, hyung?"
Woosik hanya terkekeh pelan, lantas tubuhnya ikut berdiri. Berjalan berdampingan dengan Taehyung keluar ruangan seraya merangkul pria yang usianya lebih muda dua tahun darinya.
"Jangan terlalu dipikirkan, Taehyung. Masih banyak wanita lain, bukan?"
Taehyung mengangkat kedua bahunya acuh. "Penasaran, hyung. Dia kelihatan lebih menantang daripada wanita yang mengemis untuk aku bermalam di apartemennya."
Woosik terkekeh. "Yakin hanya penasaran? Bukan jatuh cinta?"
"Are you kidding me, hyung?"
Woosik kembali terkekeh. Sejak mengenal Taehyung beberapa tahun silam di masa kuliahnya, ia tahu betul bagaimana sosok Taehyung. Pria yang tak pernah percaya dengan cinta. Menurutnya, cinta hanya sebatas memberi dan menerima seperti harta. Jadi Taehyung hanya beranggapan cinta dan harta adalah sesuatu yang sama.
Taehyung mendecak singkat, berjalan ke arah kiri meninggalkan Woosik yang masih terkekeh di tempatnya. Langkahnya begitu gagah dengan setelan jas maroon dan gaya rambut yang membuatnya semakin tampan.
"Berapa undangan di dalam?"
Hyuna; seorang wanita yang menjabat sebagai manager Taehyung itu lantas memeriksa buku tamu undangan.
"Tidak hapal dengan jumlah tamu yang datang hari ini?"
Hyuna tergagap ngeri menatap wajah bosnya yang sudah menggeram. Meskipun bosnya ini sangat tampan, tapi wajahnya akan berubah menakutkan jika sedang marah.
"Ti-tiga puluh orang; include CEO dan manager dari Lee-ly Furniture, pak."
Lantas pria yang tampak lebih menawan dengan balutan warna maroon itu sudah memasuki ruang rapat. Duduk meja sebelah kiri, berhadapa dengan sesosok wanita yang begitu menawan dengan pakaian kantor casual-nya.
Taehyung merutuki setiap inchi wajah dari sosok wanita di sebrangnya. Bagaimana bisa wanita seksi dengan pakaian yang begitu minim atau jujur saja ia sudah melihat keseluruhan tubuh itu tanpa balutan apapun kini tampil dengan anggun dan percaya diri di depannya dengan pakaian yang begitu mempesona.
Meski hanya sekedar pakaian kantor biasa, Taehyung kembali mengumpat kala bayangan tubuh wanita di depannya yang sempat ia lihat itu kembali muncul kepermukaan. Mengguncang seluruh konsentrasinya yang gagal ia pertahankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!