Sebuah ruangan dengan pencahayaan yang begitu temaram serta suara air conditioner yang begitu ketara diiringi dengan denting jarum jam yang saling bersautan. Setelah kejadian siang tadi, Taehyung dan Jieun berakhir di sebuah kamar hotel yang tak jauh dari restoran tempat mereka bertemu orang tua Taehyung.
Sebenarnya ini bukan kemauan Taehyung, kali ini pria brengsek nan keras kepala dengan sikap gilanya itu akhirnya luluh dengan menuruti permintaan Jieun dan membiarkan gadis itu menyeretnya sampai ke kamar hotel di lantai 17.
Beberapa jam lalu, keduanya tengah berada dalam adegan yang begitu panas dengan Jieun yang berada di atas Taehyung. Keduanya bermain hanya sekitar empat puluh menit sampai akhirnya Taehyung menurunkan Jieun dari tubuhnya dan menarik selimut.
Pria itu tak semenyebalkan biasanya. Lebih banyak diam dan menuruti beberapa perintah Jieun.
Sampai pada akhirnya keduanya tertidur dengan kedua tangan saling memeluk satu sama lain. Di bawah selimut yang sama, Jieun dapat dengan mudah mendengar detak jantung Taehyung yang berada di depannya.
Sekarang sudah pukul dua dini hari. Taehyung menggeliat singkat sebelum ia urungkan setelah melihat Jieun yang memeluk tubuhnya begitu erat.
Matanya kini tertuju pada sosok Jieun yang masih terlelap disana. Wajah yang begitu damai dan berbeda dengan wajah yang ia lihat jika Jieun sedang dalam mode bossy.
"Kamu mau nikah umur berapa, nak?"
"Papa sama mama udah tua, kamu juga sebentar lagi kepala tiga."
"Masih sering ke bar dan bermalam dengan wanita tidak jelas dan kamu tiduri?"
"Kesehatan reproduksimu itu loh harus dipikirin. Jangan sembarangan sex sama orang asing apalagi kita gak tau dia bersih atau ngga."
Beberapa kalimat itu seperti berputar dengan bebas di kepala Taehyung. Potongan isi percakapan dengan orang tuanya tadi sejak di restoran itu membuatnya sedikit berpikir. Sebenarnya banyak hal yang ia pertimbangkan sampai tidak pernah mengajak wanita untuk berhubungan serius.
"Mau sampai kapan kau menatapku seperti itu, Mr.Kim?"
Taehyung mendongak singkat, ia mengerjapkan matanya beberapa kali lantas menggeser tangannya yang sejak tadi mengusap pucuk kepala Jieun untuk ia jauhkan dari sana. Ia berdehem sesekali, menatap Jieun dengan canggung setelah menarik selimut dan berganti posisi membelakangi Jieun.
Di belakangnya, Jieun terkekeh pelan. Merasa gemas sendiri dengan tingkah pria yang seringkali membuatnya naik pitam hingga ingin menjambak rambutnya.
"Aku tidak tau kalau Mr.Kim si pria brengsek yang beberapa jam lalu menggerayangi tubuhku bisa melihatkuㅡsi Sex buddies-nya ini dengan tatapan seperti itu."
Jieun dapat mendengar Taehyung mendengus dengan suara decakan setelahnya sebelum pria itu menarik selimutnya.
"Jangan ajak aku bicara, sudah larut malam."
Kini giliran Jieun yang mendecak sebal. Ia lantas bangkit dari tempat tidurnya, berusaha menarik selimut yang juga di pakai Taehyung. Ia berjalan memunguti semua pakaiannya yang berserakan di lantai, menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Ngapain?"
"Tidak lihat? Aku sedang memunguti pakaianku." Ujar Jieun setelah decakan kesal yang ia lontarkan serta raut wajahnya yang memandang Taehyung dengan penuh kekesalan.
"Maksudku, ngapain pakai selimut. Aku sudah melihat tubuhmu juga, untuk apa di tutupi."
"Wah, Kim Taehyung. Kau memang handal membuat seseorang emosi atau memang itu bakat terpendammu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!