Persidangan yang berlangsung selama hampir 2 jam itu kini sudah berakhir. Menghasilkan hukuman penjara seumur hidup bagi Jason tanpa pembebasan bersyarat dan hukuman bebas bersyarat bagi Jieun sebagai seorang pelaku, korban dan saksi. Mungkin terdengar tidak adil karena Jieun telah melakukan hal keji seperti memotong tangan korban. Tapi itulah yang diputuskan oleh kepala hakim dengan alasan Jieun melakukannya dengan tanpa kesadaran penuh.
Sejam kemudian Jieun, Subin dan Dohyun harus hadir sebagai saksi pada persidangan Lee Byun Ha. Ketiganya yang duduk berdampingan ini nampak saling berpegangan tangan untuk memberi kekuatan.
Hingga sidang akhirnya dibuka, menampilkan sosok Lee Byun Ha dengan pakaian tahanannya serta sebuah borgol yang sudah melingkar pada kedua pergelangan tangannya. Pandangannya tampak melirik kearah keluarga kecilnya; kedua anak serta istrinya. Ada sedikit rasa kecewa disana. Terlebih ketika pria setengah baya yang sudah mau menginjak usia setengah abad itu melihat kearah Dohyun yang menggigiti kuku jari tangan kirinya.
"Saudari Han Subin, silahkan beri kesaksian."
Han subin; istri dari Lee Byun Ha juga sebagai seorang ibu dari Lee Jieun dan Lee Dohyun yang kini juga sebagai saksi persidangan atas kejahatan suaminya. Langkah wanita dengan pakaian abu yang senada dengan rok span selutut yang memperlihatkan kaki jenjangnya itu seolah tak ada keraguan disana.
Sebelum wanita itu duduk di kursi yang bertuliskan 'Saksi' dirinya terlebih dulu melihat sosok sang suami yang berada di sebelah kanannya. Sosok pria yang menjadi pelabuhan terakhirnya sebelum mengikat janji suci di sebuah gereja pun merupakan pria yang sama dengan pria yang kini berstatus sebagai seorang ayah dari kedua anaknya.
Subin tersenyum sangat tulus, seolah tugasnya sebagai seorang istri yang terlalu menuruti suaminya itu kini sudah berakhir dan memilih untuk hidup dengan kedua anaknya.
"Terkait kejadian enam tahun silam yang membuat anak-anak anda seperti ini, apakah anda berada disana?"
Subin mengangguk. "Saya berada di dalam ruang kerjanya. Melihat anak bungsu saya mendapat perlakuan keji serta tekanan yang tak ada habisnya dari ayah mereka."
Wanita itu tampak meraup oksigen begitu banyak. Mengatur napasnya dan kembali berujar. "Dia selalu mengancam akan membunuh kedua anak kami jika tidak menuruti permintaannya atau melaporkan tindakannya."
"Apa anda sebagai istri juga pernah mendapat pelakuan seperti itu?"
Subin mengangguk pelan. "Dia akan memukul saya jika saya tidak menuruti permintaannya."
Seorang pengacara yang itu mengangguk pada Subin. "Cukup yang mulia."
Setelahnya Subin di persilahkan untuk kembali ke tempat duduknya. Kini giliran Dohyun yang dimintai kesaksian.
"Adek bisa ceritakan bagaimana papa kalau marah?"
Dohyun memainkan jemarinya, menatap takut pada sosok sang ayah yang duduk di sisi kanannya dan kemudian memalingkan wajahnya pada sosok ibu dan kakaknya di sisi kiri.
Matanya menangkap sang kakaㅡJieun tengah tersenyum padanya seraya berujar tanpa suara "Cerita saja. Jangan takut, kakak disini."
"Pa-papa suka memukulku.."
Mata Dohyun seolah kehilangan fokusnya, terlihat bagaimana anak berusia 16 tahun itu tengah mengalami lonjakan emosi dan kenangan buruk dalam benaknya. Memori buruknya seakan tengah memenuhi pandangan dan pikirannya saat ini.
"Cukup yang mulia."
Dohyun dipersilahkan duduk, tapi bukan di tempatnya semula. Melainkan di kursi audiens dan berdampingan dengan Taehyung, Yoongi dan juga dokter terapinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!