Denting jarum jam juga suara hembusan napas milik Taehyung dan Jieun menjadi sumber suara yang dominan di sebuah apartemen milik Taehyung. Salah satu apartemen pribadi miliknya yang berada di ujung perbatasan pusat kota.
Sebelumnya Taehyung tak pernah berpikir untuk membawa Jieun ke apartemennya ini. Apalagi ini merupakan salah satu aset yang diberikan mendiang mamanya.
Keduanya tengah berada dalam situasi yang begitu panas nan menggairahkan. Taehyung yang menyusuri tubuh Jieun dan bibirnya dan sesekali menjilatnya hingga membuat beberapa bekas merah pada kulit putih Jieun.
Hingga sesaat sebelum Taehyung memasukkan miliknya ke dalam milik Jieun; ia mendengar napas berat dari sosok Jieun yang berada di bawahnya. Dengan wajah yang ditutup oleh lengannya.
Taehyung berhenti, menarik tubuhnya hingga duduk di sisi ranjang. Ia menatap Jieun yang masih dengan posisinya. Tubuh Jieun kini sudah dibalut dengan selimut yang baru saja Taehyung berikan untuk dirinya.
"Tidak mau? Aku tidak akan melakukan kalau kau tidak mau."
Taehyung melirik ke arah Jieun. Wanita itu akhir-akhir ini memang sangat berbeda. Bahkan beberapa kali Jieun hanya meminta untuk bertemu Taehyung tanpa melakukan kegiatan yang biasanya mereka lakukan, termasuk ciuman.
Beberapa kalimat tanya sudah Taehyung persiapkan di kepalanya. Bahkan beberapa kali ia sudah berlatih di depan cermin namun kenyataannya kalimat itu tak pernah tersampaikan sampai saat ini. Tentu saja itu karena egonya yang begitu tinggi menguasai perasaannya.
Jangan salahkan Taehyung karena disini ia adalah korban dari keluarganya. Jika ada yang bilang; keliarga adalah tempat pertama untuk membentuk karakter seseorang, mungkin itu tepat untuk Taehyung. Ia selalu mengobati rasa sakitnya tanpa ditanya atau dipedulikan oleh ayahnya. Lukanya hanya akan sembuh dengan obat-obatan meski yang sebenarnya ia butuhkan adalah kasih sayang.
Taehyung menghela napas. Ia memungut kaos dan celana pendek miliknya yang berserakan di sekitaran ranjang dan lantai lantas memakainya dengan perlahan meski matanya masih melirik pada Jieun.
"Stay here."
Taehyung menoleh singkat setelah sebelumnya ia mengangkat diri untuk beranjak pergi ke arah balkon dengan sebungkus rokok dan gasoline miliknya. Ia tau itu adalah suara Jieun yang terdengar dari balik selimut dan juga ia tau jika Jieun sedang menangis di bawah sana.
Lantas Taehyung mengurungkan niatnya. Menarik dirinya kembali ke sisi ranjang dan duduk disana bersandar pada dinding.
Matanya terus menatap Jieun hingga rasanya ia akan membawa Jieun-nya itu ke dalam pelukannya. Membiarkan Jieun menangis dalam dekapannya atau memberikan usapan penuh sayang pada pucuk kepala Jieun.
Tapi semuanya hanya ada dalam bayangan Taehyung. Telapak tangan yang sudah terulur atau kedua lengannya yang sudah terbuka lebar untuk membawa Jieun ke dalam pelukannya kini ia tarik kembali dan hanya ia gunakan untuk menarik selimut yang semakin menenggelamkan Jieun masuk ke dalam sana.
"Taehyung, tolong ambilkan pakaianku." Ujar Jieun dengan isak tangisnya yang semakin kentara.
Tanpa banyak bicara, tanpa mengeluh dan tanpa membutuhkan waktu lama, Taehyung kini sudah bangkit dan mengambil pakaian miliknya di dalam lemari. Mencari sebuah kaos dan sebuah celana pendek yang mungkin akan terlalu besar di tubuh Jieun yang begitu mungil.
"Kenapa pakaianmu?"
"Kenapa?"
"Kalau tidak mau ya jangan dipakai." Jawab Taehyung meski yang sebenarnya ingin ia sampaikan adalah "Pakaianmu basah, Ji."
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!