2002; Prolog

465 101 18
                                    

"Jadi Ken kehilangan rumahnya?"

Anak laki-laki itu menoleh ke arah sang ayah yang tengah membuka lembar berikutnya.

"Kenapa hilang, ayah?"

"Karena Ken tidak pulang ke rumahnya, sayang."

"Kenapa tidak pulang? Aku punya rumah tapi tidak pernah lupa untuk pulang, kenapa Ken tidak pulang?"

Anak kecil itu terus mengoceh, mengulik informasi mengenai karakter yang berada dalam buku cerita bergambar yang tengah dibacakan ayahnya.

"Tidak mungkin Ken lupa kalau dia punya rumah kan, ayah?"

Anak laki-laki itu mengangkat lengan ayahnya yang tengah melingkar pada tubuh mungilnya, menggeser tubuhnya seraya berujar dengan sangat ketus. "Aku tidak mau mendengar cerita ini. Aku kesal dengan Ken."

"Kenapa kesal?"

"Harusnya dia pulang ke rumahnya, ayah. Bukan mencari rumah baru. Kan sayang rumahnya yang lama."

Ketus anak laki-laki yang bernama Woojin. Ia terus merengut menatap sang ayah yang memilihkan sebuah buku untuk dibacakan hari ini setelah kemarin membacakan sebuah kisah menarik mengenai seorang pria sukses.

"Kan ceritanya belum selesai, mau udahan saja?"

"Ayah yang memilih cerita ini, tapi tidak seru."

"Kenapa tidak seru?"

"Kan sudah aku bilang ayah, Ken itu orang yang sangat boros. Sangat serakah karena ingin memiliki rumah lain dari rumah yang lama. Padahal ayah bilang tidak boleh seperti itu."

"Makanya ayah memilih cerita ini, biar Woojin belajar kalau tidak boleh boros dan serakah."

"Tapi Ken sudah kehilangan rumahnya kan?"

"Benar, Ken sudah kehilangan rumahnya."

"Sekarang rumahnya bagaimana?"

"Sudah dimilik orang lain, jadi Ken tidak bisa tinggal di rumah lamanya."

Woojin kembali mendengus. "Apa kataku. Dasar! Ken serakah sekali jadi orang."

Taehyung terkekeh menanggapi kritikan anaknya. Benar, dia adalah Kim Taehyung. Pria yang sudah berusia  40-an dan memiliki satu anak bernama Kim Woojin.

"Woojin tidak mau mendengar cerita ini sampai selesai dulu?"

Woojin menggeleng pelan, masih dengan bibirnya yang ia majukan beberapa centimeter. Terlihat begitu menggemaskan untuk anak berusia 10 tahun itu.

Taehyung mengangguk pelan, menutup buku yang berada di tangannya itu dan meletakkannya di nakas dekat tempat tidur anaknya.

"Ayah, tapi apa nantinya Ken akan kembali ke rumahnya yang lama?"

"Woojin maunya bagaimana?"

Woojin mengangguk.

"Kenapa?" Tanya Taehyung kemudian.

"Dari cerita yang ayah bacakan, aku bisa membayangkan nyamannya rumah Ken yang lama. Pasti rumah Ken yang lama itu sangat hangat, seperti rumah kita. Benar kan, ayah?"

Taehyung mengangguk. Tentu saja ia tahu siapa Ken yang menjadi karakter utama dalam buku tersebut. Itu adalah dirinya sendiri dan Jieun sebagai rumah yang dimaksud.

Buku itu ditulis sendiri olehnya dengan di revisi sedikit untuk menjadi cerita anak. Tentu saja hanya untuk anaknya sendiri; Kim Woojin. Menurutnya kisahnya itu bisa menjadi sebuah pelajaran untuk anaknya agar tidak menjadi serakah.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang