2002; 4

317 100 3
                                    

Satu bulan sudah berlalu dan berhasil dilewatkan oleh Jieun. Tinggal di rumah yang sama dengan seseorang yang tak ia kenal, apalagi seorang pria yang membuatnya harus banyak bersabar.

Keadaan rumah yang sama sekali tak bisa tenang walau 1 jam ini sepertinya sudah biasa bagi Taehyung dan Jieun. Beberapa kali Jieun mencoba bernegosiasi dengan Taehyung agar keduanya akur. Namun nihil, usahanya seolah terbuang sia-sia dan hanya membuang waktu bicara dengan pria sepertinya.

Bukan hanya Taehyung yang menyebalkan disini, Jieun degan sifat tidak mau kalahnya juga menjadi salah satu penyebab lain rumah ini tak bisa tenang.

"Kenapa kau mendaftar untuk ikut serta dalam kegiatan kemah yang diadakan mapala?"

Jieun yang tengah menyantap makan malamnya itu sontak terkejut kala pria dengan piyama berwarna biru gelap itu keluar dari kamarnya. Sumpit dan sendoknya ia letakkan diatas piring seraya menatap kesal sosok Kim Taehyung.

"Kenapa?"

"Aku bertanya untuk mendapatkan jawaban, bukan malah mendapat pertanyaan lagi." Ketus Taehyung.

"Aku bayar juga pakai uangku, tentu saja kau tidak berhak mengatur." Ketus Jieun.

"Memang kau bisa mendaki gunung?"

"Jangankan mendaki gunung, melewati lembah saja aku bisa!"

Taehyung diam sejenak, sepertinya ia pernah mendengat kalimat ini. Namun matanya kembali menatap Jieun.

"Mendaki gunung itu bukan sesuatu yang mudah." Ujar Taehyung.

"Aku tidak bilang itu mudah." Jawab Jieun.

"Lalu kenapa kau daftar?" Tanya Taehyung lagi.

Jieun mendecak sebal seraya mengambil sumpitnya dan berujar. "Pertama, semua biaya untuk ikut serta dalam kegiatan itu aku tanggung sendiri."

"Kedua, aku bisa mendaki gunung. Jadi jangan meremehkanku."

"Ketiga, berhenti meminum di gelas yang sama denganku. Augh, Kim Taehyung!" Ujar Jieun seraya bola matanya memutar dan menatap Taehyung dengan malas.

Taehyung mengambil satu langkah ke arah Jieun, menoyor kepala Jieun seraya berujar pelan. "Keempat, semua gelas ini adalah milikku."

Jieun mendecak sebal. Lagi-lagi ingin sekali ia melempar Taehyung dengan gelas yang ada di tangannya atau dengan satu botol air mineral berisi 1 liter air.

"By the way Taehyung, kita tidak mau baikan saja?"

Taehyung yang tengah menyalakan kompor itu kini menoleh ke arah Jieun, kembali mengambil langkah maju sebelum tangannya terjulur pada dahi gadis yang tengah menatapnya dengan tatapan heran. Ia menempelkan punggung telapak tangannya pada dahi Jieun seraya masih mengamati wajah Jieun.

"Kau tidak sedang sakit kan?"

Jieun berdiri dan membuat Taehyung mengambil beberapa langkah mundur. Kedua tangannya mengarah pada Jieun dengan wajah ketakutan yang ia buat-buat seraya berujar.

"Jieun, kau sedang kerasukan kan? Jawab! Jawab jujur!"

Jieun menghela napas kasar, kali ini ia benar-benar menarik telinga Taehyung dan memilinnya pelan seraya berujar.

"Benar, aku kerasukan dinosaurus. Rawr!"

Taehyung bergidik ngeri, masih memandang Jieun meski gadis itu kini berjalan memunggunginya.

"Bereskan bekas makanku ya, oke teman?" Ujar Jieun seraya memutar tubuhnya menghadap Taehyung dan mengedipkan satu matanya.

Taehyung kembali bergidik ngeri seraya mengusap kedua lengannya dan berujar. "Augh.. Mengerikan sekali."

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang