"Kamu tidak tau? Aku dan ibu selalu berkomunikasi sejak tiga tahun lalu."
Jieun terkejut bukan main. Bagaiamana ibunya itu masih berhubungan dengan Taehyung sementara dirinya mati-matian bangkit tanpa Taehyung. Apa takdir sedang mempermainkannya? Apa air matanya lucu bagi sebagian orang?
"Ji, aku tidak pernah main-main saat aku bilang kalau aku akan memperjuangkan semua yang aku dapat karena usahaku. Termasuk kamu dan Beomgyu."
Otak Jieun masih tak bisa mencerna semuanya. Bahkan ketik saat ini lengan kekar itu masih memeluknya, Jieun masih tak bisa mencerna semuanya.
Jieun bahkan masih seperti mimpi. Mendengar detak jantung Taehyung yang terasa sangat dekat dengan gendang telinganya, suhu badan Taehyung yang begitu hangat atau bahkan wangi tubuh pria itu yang menusuk indera penciumannya.
"Sayang, kalau kamu tidak percaya dengan semuanya. Ikut aku hari ini, ya?"
"Aku akan memberikan surat perceraian hari ini. Mengurusnya hingga selesai." Lanjut Taehyung.
Jieun masih begitu pusing dengan semuanya, dengan kehadiran Taehyung yang begitu tiba-tiba di rumahnya atau tentang keduanya yang kini tengah berpelukan di ranjang dan selimut yang sama.
"Jadi semuanya sudah selesai?"
Taehyung mengangguk singkat. "Semuanya sudah selesai. Aku sudah membuat perusahaan ayah kembali atas namaku dan aku akan menggugat cerai Aera."
"Taehyung, aku masih tidak mengerti."
"Setahun setelah kamu ditemukan, aku disana. Taehyung. Aku di depan bangsal rumah sakit yang merawatmu." Lirih Jieun.
"Jadi kau tahu?"
Jieun mengangguk pelan. "Semuanya begitu tiba-tiba. Seperti sambaran petir di tengah badai."
Taehyung mengeratkan pelukannya, membiarkan Jieun meluapkan emosi yang ia tahan bertahun-tahun.
Jieun mulai menangis di pelukan Taehyung. Ingatannya kembali pada beberapa tahun silam saat dirinya tengah berduka karena kepergian suaminya dan saat dirinya tengah berusaha begitu keras untuk bisa menjadi sosok ibu sekaligus ayah untuk anaknya.
"Maaf, maafkan bunda ya sayang.."
"Maafkan aku juga, maaf.." Lirih Taehyung dengan tangannya yang mengusap sayang bagian belakang tubuh Jieun.
Keduanya larut dalam tangis, larut dalam emosi yang sempat tertahan bertahun-tahun tanpa bisa mereka lepaskan. Terlebih Taehyung yang harus merasa semuanya baik-baik saja.
Jika ingin beradu nasib siapa yang paling menderita. Mungkin tak akan pernah ada yang menang.
Keduanya sama dalam hal siapa yang paling menderita. Keduanya bahkan sama salam hal siapa yang paling merasa sakit. Keduanya juga sama dalam hal bangkit mati-matian untuk memulai hidup baru tanpa saling melengkapi satu sama lain lagi.
Kesimpulannya, mereka berdua ada pada rasa sakit dan perjuangan yang sama dengan porsi masing-masing.
"Taehyung, kamu mau ceritain semuanya?"
Taehyung mengangguk. Lantas dengan tangannya yang masih memeluk Jieun, dengan detak jantungnya yang kian tidak beraturan karena hembusan napas Jieun yang mengenai tubuhnya juga dengan aroma tubuh Jieun yang begitu memabukkannya. Taehyung bermonolog panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!