2002; 18

291 87 7
                                    

Hujan dan kota Seoul; genangan-genangan air dan gemericik hujan tak pernah menyurutkan niat kedua insan ini untuk bertemu. Sebuah cafe di pinggir jalan lengkap dengan dua cangkir cokelat panas dan roti bakar berisi selai cokelat yang sudah setengah porsi di atas meja.

Tiga hari libur kuliah karena tanggal merah membuat Jieun dan Taehyung memutuskan untuk berlibur di rumah masing-masing di Seoul. Sebuah kawasan perumahan yang sama namun hanya berbeda blok.

"Aku sudah bilang kan, bakal hujan Taehyung."

Jieun mendengus sebal, keduanya sempat bertengkar kecil membicarakan langit yang begitu gelap. Jieun yang bersikukuh jika akan hujan dan Taehyung sebaliknya, pria itu yakin jika tidak akan hujan. Hanya sebuah awan hitam yang menumpang lewat diatas langitnya.

"Sebentar lagi juga reda." Ujarnya kemudian.

Jieun menilik keluar jendela, menyaksikan beberapa orang tengah berlarian untuk menghindari hujan. Tak jarang mereka saling menabrak satu sama lain atau menimbulkan kemacetan di jalan sana.

"Orang semakin gelap. Tidak mungkin reda." Gumam Jieun yang masih asik menilik keluar jendela.

Jieun melonjak kaget kala tangannya diusap perlahan oleh Taehyung. "Iya, tidak akan reda. Aku sih, tidak masalah hujan terus."

"Hmm.. lalu kita akan disini semalaman?"

"Dua malam juga tidak apa."

Jieun mendengus sebal berbeda dengan respon yang diberikan pria itu. Ia malah terkekeh geli melihat raut kesal Jieun tercetak jelas pada wajah cantik gadisnya itu.

"Mau lari ke mobil?"

"Siapa takut." Sahut Jieun dengan penuh antusias.

"Tapi tetap pakai jaketku, ya?"

"Kamu?"

"Aku pakai tangan." Ujarnya seraya membuka lebar telapak tangannya.

"Tanganmu dan tanganku kan ukurannya jauh beda. Tanganmu kecil, mana bisa nutupin kepala." Ujarnya lagi seraya membandingkan telapak tangannya dan Jieun.

Jieun mendecak sebal, menarik kembali tangannya yang ditempel paksa dengan telapak tangan Taehyung. Perbedaannya memang cukup menonjol, telapak tangan Jieun terlihat sangat mungil jika dibandingkan dengan telapak tangan miliknya.

"Yasudah ayo."

Taehyung mengangguk, lantas meneguk cokelat hangatnya untuk terakhir kali dan bangun dari duduknya. Menyusul Jieun yang sudah berjalan di depannya.

"Mobilnya di depan toko itu." Ujar Taehyung seraya menunjuk tiga toko dari cafe tempat mereka makan.

Keduanya memang tidak berangkat bersama dikarenakan Jieun yang diantar oleh sang ayah yang akan menghadiri meeting di dekat sana.

"Ayo."

Keduanya sudah berlari singkat dengan tangan yang saling menggenggam satu sama lain seolah takut kehilangan.

"Taehyung.."

Taehyung menghentikan larinya setelah Jieun berhenti tepat di sebuah toko pakaian. Ia memperhatikan Jieun dari atas hingga bawah kemudian tawanya meledak setelah melihat sepatu putih Jieun sudah berubah berwarna cokelat dan juga basah.

"Jangan ketawa!"

Taehyung semakin tertawa, tawa yang cukup renyah bersanding dengan suara gemericik hujan. Ia memundurkan langkahnya, berjongkok singkat dan berujar setelahnya.

"Ayo."

"Apa?"

"Naik, Ji. Hujan."

Jieun menurut. Ia naik ke punggung Taehyung dengan tangan pria itu yang menyangga pangkal pahanya. Kedua telapak tangan Jieun susah payah untuk menutupi kepala Taehyung agar tidak terkena air hujan.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang