2002; 16

307 98 13
                                    

Sudah seminggu sejak hari dimana Taehyung berbicara dengan Olivia, juga sudah seminggu Jieun tidak pulang ke rumah. Sejak hari itu, Jieun meninggalkan rumah dan entah kemana. Taehyung yang setiap malam selalu terjaga di sofa sampai larut dan akhirnya tertidur disana.

Sebenarnya, Jieun pulang dua hari sekali untuk mengambil pakaian atau keperluan lainnya. Tapi kegiatan itu ia lakukan saat Taehyung tidak ada di rumah. Sebisa mungkin Jieun menghindari pria itu. Bukan tidak ingin, hanya saja ia belum siap dengan apa yang akan dijelaskan Taehyung. Tak ingin berekspektasi lebih, sebab ekspektasi kita-lah yang nantinya akan menghancurkan kita sendiri.

Seperti malam biasanya, malam ini Taehyung tetap menunggu Jieun di sofa. Meski rasa kantuk seakan tengah memeluknya, ia selalu berusaha terjaga minimal sampai pukul dua belas malam. Pikirnya, Jieun tidak akan mungkin pulang ke rumah diatas jam segitu.

Meski akhirnya Taehyung selalu akan merasakan pening saat siang hari atau konsentrasinya menurun saat dalam kelas. Ia pikir tak masalah selama ia mendapatkan informasi tentang Jieun atau sudah menemukan gadis itu.

Taehyung menengadah singkat ke arah jam dinding yang berada tepat di atas tvnya. Melihat sudah pukul dua belas kurang sembilan menit dan menghela napas berat. Kembali mengambil ponselnya untuk membuka room chat-nya dengan Jieun, puluhan pesan yang sempat ia kirimkan pada Jieun tanpa mendapatkan balasan.

Kini seseorang tengah memasuki pagar rumah, berjalan pelan hingga sampai di pintu utama. Membuka kuncinya perlahan dan memegang knop pintu sebelum menekannya pelan.

Itu adalah Jieun, ia harus pulang malam ini karena salah satu bukunya ada yang belum sempat ia bawa dan ia butuhkan besok pagi. Maka disinilah Jieun, di rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama satu semester.

Jieun memasuki rumah yang suasananya terasa berbeda. Hawa dingin yang menyeruak serta suasana rumah yang seakan mati. Ditambah lampu ruang tengah yang sudah padam.

Satu gundukan besar sempat menarik perhatian Jieun, ia memfokuskan penglihatannya sebelum menyadari jika itu benar Taehyung.

"Kau bisa sakit, Taehyung.." Batin Jieun.

Mata Jieun membola, tubuhnya seakan kaku kala ia melihat Taehyung membuka matanya. Melihat ke arahnya dengan tatapan sendu.

"Ji? Kau pulang?"

Taehyung yang memang belum terlelap itu kini bangkit, merapihkan singkat rambutnya dan duduk di sofa.

Jieun dapat melihat kantung mata Taehyung yang membesar. Seolah pria itu memang kurang istirahat dan juga penampilannya sedikit berantakan.

"Taehyung, jangan." Tahan Jieun ketika Taehyung sudah mulai bangkit dari duduknya dan ingin melangkahkan kaki menuju dirinya.

"Ji, please? Aku jarus gimana? Harus apa, Jieun?"

Setelahnya hanya bantingan pintu yang didengar oleh Taehyung. Gadis ituㅡJieun sudah masuk ke kamarnya. Membanting pintu dengan cukup keras dan terduduk di belakang pintu kamarnya.

Hatinya masih belum siap untuk bertemu Taehyung.

"Ji? Ayo bicara? Biar aku jelaskan.." Ujar Taehyung setelah mengetuk pintu kamar Jieun beberapa kali.

Seperkian detik berikutnya Taehyung dapat mendengar suara tangis dari balik pintu. Suara tangis yang tertahan dan begitu memilukan.

Bohong jika Taehyung tak ikut merasakan sakit. Bahkan saat hari pertama Jieun tidak pulang, dadanya seakan sesak bahkan untuk menghirup oksigen sebagai kebutuhannya. Perasaannya pada Jieun tidak pernah main-main.

"Ji, jangan nangis ya?"

"..Taehyung, please tinggalin aku."

"Taehyung, kalau Jake kemarin begitu aku masih punya kamu yang ngulurin tangan buat aku. Yang selalu nopang aku kalau aja aku jatuh.."

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang