Blue & Grey; 22

413 104 13
                                    

Musim semi di pertengahan bulan April menambah indah jalanan kota Venice dengan berbagai macam bunga yang bermekaran disana. Kota yang sudah terlihat indah tanpa adanya bunga, kini tampak lebih indah dari biasanya. Kota itu tampak terlihat lebih berwarna dengan berbagai macam bunga yang bermekaran di sepanjang jalanan kota yang sangat terkenal di seluruh dunia.

Setelah tiba di bandara beberapa waktu lalu, tempat yang sangat amat lekat dengan ingatannya ini menjadi tujuan utama Taehyung. Menyusuri kota Venice seorang diri dan berjalan lurus ke suatu taman dengan beberapa menara yang tak cukup tinggi namun persis seperti sebuah tempat yang cocok untuk pesta pernikahan.

Ia berhenti di sebuah cafe yang tepat berada di depan taman itu. Memesan sebuah ice americano dan menikmatinya seraya melihat jalanan melalui jendelanya.

Dari tempatnya duduk, ia dapat melihat seorang wanita tengah berbicara dengan pria asing setengah baya. Merasa mengenal sosok wanita itu, Taehyung lantas bangkit dari duduknya. Berjalan keluar cafe dan memperhatikan wanita itu lebih dekat.

"Siapa pria itu?" Tanya Taehyung pada salah satu rekannya yang baru saja datang.

"Dia pemilik tempat itu. Seseorang yang menyediakan jasa untuk dekorasi pesta pernikahan." Jelas temannya; Kim Yohan.

"Pernikahan?" Ulang Taehyung tak percaya.

Yohan mengangguk. "Aku jelaskan di dalam mengenai rumah sakit tempat kau bekerja nanti."

"Kau tunggu di dalam saja. Aku harus memastikan sesuatu." Ujar Taehyung.

Yohan mendengus sebal, pasalnya pria ini meninggalkan semua pekerjaannya di rumah sakit hanya untuk menemui Taehyung di tempat seperti ini.

"30 menit, Kim. Aku ada meeting pukul 3 sore." Ujar Yohan.

"Oke." Ujar Taehyung seraya bergegas menghampiri wanita yang sudah ia lihat kurang lebih dari 15 menit lalu.

Taehyung berhenti tepat di depan pintu masuk taman tersebut. Meski terburu-buru ia masih punya sopan santun untuk tidak menyela dua orang yang sedang berbicara. Tubuhnya ia sandarkan pada sebuah pondasi bergaya kuno khas Italia seraya matanya terus mengamati sosok tersebut.

"Jieun."

Akhirnya ia memanggil wanita yang sudah selesai berbicara dengan pria asing tadi. Taehyung melangkah maju, menghampiri sosok yang juga terdiam karena kehadirannya.

Di depannya, Jieun tampak gugup. Bahkan kakinya terasa kaku hanya sekadar untuk melangkah mundur. Jika kali ini halusinasi seperti biasanya, Jieun akan benar-benar menghajar Taehyung ketika ia bertemu dengan pria itu.

"Jieun?" Panggil Taehyung lagi dan akhirnya ia menghentikan langkahnya tepat di depan Jieun.

Taehyung masih terdiam setelah beberapa detik lalu telapak tangan Jieun melayang pada pipi kirinya. Merasakan sensasi perih dan panas bersamaan.

"Kau nyata?" Tanya Jieun yang masih menutup mulutnya ketika mendengar tamparannya itu ternyata berbunyi dan mengenai pria di depannya.

Taehyung mengangguk pelan seraya masih memegang pipi kirinya.

"Taehyung maaf." Lirih Jieun yang terlihat bingung harus bagaimana.

Sementara pria di depannya malah tertawa lepas seraya memegang pipi yang baru saja ditampar olehnya.

"Tidak apa-apa, Ji. Sepertinya aku pantas mendapatkan ini setelah pertemuan terakhir kita tiga tahun lalu." Ujar Taehyung.

Ingatan keduanya kembali pada hari itu, tiga tahun silam di apartemen Taehyung setelah Jieun memohon untuk berbicara dengannya. Malam itu lagi-lagi Taehyung mengambil keputusan yang membuat Jieun harus ikut mengambil keputusan dan pergi ke Italia detik itu juga.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang