Scarlet Heart; Seoul - 4

146 38 5
                                    

"Oke, pertama aku harus memikirkan nama untukmu." Ujar Jieun seraya mengetik beberapa huruf pada laptop miliknya.

Keputusan finalnya adalah Jieun bersedia menampung Hansung sampai semua yang membuatnya bingung bisa terjawab. Tentu saja itu juga akan menguntungkan Jieun dalam menggarap project dokumenter sejarah milik pak Han. Ya, dia memiliki narasumber langsung yang sangat terpercaya.

"Sebentar, aku akan mencari nama orang hilang disini." Gumam Jieun.

Jieun melirik Hansung yang kini sudah 180 derajat berbeda. Walaupun hanya pakaian saja yang membuatnya berbeda. Oh, dengan model rambutnya yang tidak lagi panjang.

Ya, dua jam lalu Jieun membawa pria itu ke salon untuk potong rambut. Meskipun Hansung agak sedikit membuatnya malu karena terus berteriak dan memerintahkan semua yang ada disana memanggilnya dengan sebutan Yang Mulia. Dasae gila hormat, batin Jieun.

"Aku membelikanmu es krim untuk dimakan, bukan untuk kau tiup seperti itu." Ketus Jieun.

Hansung menoleh ke arah sumber suara. Melirik Jieun dengan tatapan tidak sukanya, lantas memindahkan es krimnya dan memutar tubuhnya agar membelakangi Jieun. Persis seperti anak kecil yang tengah merajuk.

"Ck, terserahlah."

Jieun kembali fokus pada laptop di depannya. Ia mencari data orang hilang yang sudah dinyatakan meninggal. Tentu saja untuk membuat identitas palsu untuk Hansung.

"Haesoo-ya, kenapa ini rasanya aneh?"

Jieun mendecak sebal. "Sudah aku bilang kalau aku ini Jieun. Tapi yasudahlah."

"Dan es krim itu enak, kalau kau tidak mau yasudah sini untukku saja." Ujar Jieun seraya mencoba untuk merebut cup es krim milik Hansung.

"Sesuatu yang sudah diberi tidak boleh diambil kembali."

"Ck, raja macam apa yang manja sepertimu." Ketus Jieun.

"Setidaknya Haesoo-ku lebih dewasa dan bisa mengurusku." Ujar Hansung.

Jieun mendecak sebal. "Aku akan cari tau tentang Haesoo Haesoo itu. Memang seperti apasih sosoknya, cih."

"Kenapa tidak ada nama yang cocok denganmu, ya?" Gumam Jieun.

Matanya masih sibuk menatap layar laptop di depannya. Bahkan sesekali ia memainkan jemarinya untuk menggulirkan tampilan layarnya ke bawah atau bahkan ke arah kanan dan kiri. Semua nama yang tertera disana milik seseorang yang punya keluarga akan sulit bahkan mustasil jika Hansung memakai nama itu.

Meskipun Jieun tidak tau sampai kapan Hansung akan terjebak di dimensi yang sama dengannya, setidaknya pria itu memiliki tempat yang aman juga nama yang bisa digunakan. Terlebih pria itu tidak memiliki siapapun disini.

"Tae Hyung? Hmm, Taehyung?" Gumam Jieun saat dirinya mendapat sebuah nama.

"Dia anak tunggal dari salah satu keluarga miskin di pinggiran desa. Tentu mustahil untuk orang tuanya mencari keberadaan Taehyung yang hilang."

"Wow? Dia hilang sejak dua tahun lalu?" Gumam Jieun lagi.

Kini ia tertarik untuk mencari soal pria bernama Taehyung itu. Tak ada satu pun foto yang menjelaskan ciri-ciri dari pria itu. Disana hanya ada foto Taehyung kecil yang di foto di sebuah ladang yang bisa Jieun tebak itu adalah ladang milik keluarganya.

"Kami tidak punya foto anak kami saat dewasa. Taehyung kami belum sempat difoto karena kami tidak memiliki uang untuk membawanya ke studio foto." Itulah kalimat yang ada pada sebuah foto anak kecil bernama Taehyung.

"Wow, Daegu? Baguslah, itu akan sangat jauh dari sini. Jadi mungkin tidak ada yang akan mengenalinya." Gumam Jieun.

Alasan Jieun bersikeras mengganti nama Hansung adalah karena orang-orang sangat sensitif jika mendengar nama itu. Ia pernah memiliki teman sekolah bernama Hansung dan dijauhi oleh teman-teman yang lain. Katanya, nama itu adalah pembawa sial.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang