Malam ini Taehyung memilih untuk mengambil shift sampai jam 12 malam. Pikirnya besok hanya pelajaran ringan dengan beberapa pelajaran seni musik dan prakarya.
"Kau tidak pulang?" Tanya manager cafe tempatnya bekerja.
"Sampai jam 12 saja, kak. Tanggung." Jawab Taehyung seraya terkekeh pelan.
Pria yang selalu ia panggil dengan sebutan kak Seokjin itu hanya mengangguk pelan seraya mengambil beberapa gelas untuk membuat minuman.
"Banyak pelanggan bilang kau ini tampan kalau tersenyum, lho." Ujar Seokjin.
Taehyung kembali terkekeh pelan. "Tidak juga kak."
Seokjin menggeleng singkat, memberikan segelas milkshake kepada Taehyung seraya berujar. "Terserah kau saja. Ini minumlah, agar tidak mudah sakit."
"Ah terimakasih banyak kak."
Taehyung begitu sibuk melayani pelanggan yang terus menerus datang ke cafe tempatnya bekerja. Memang cafe ini lumayan terkenal dikalangan remaja hingga orang dewasa, bahkan beberapa kali cafe ini di sewa untuk perayaan ulang tahun, makan malam kantor atau anniversery pasangan.
"Nah, sudah jam 12. Pulanglah." Ujar Seokjin seraya mengambil nampan yang tengah dibawa Taehyung.
Seokjin adalah pria yang sangat tepat waktu, baginya waktu adalah salah satu hal penting yang tak boleh ia buang atau di sia-siakan walau hanya 1 menit.
"Biar aku yang menutupnya nanti."
Taehyung mengangguk, melepaskan apron dan mangambil tasnya yang ia simpan di loker tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
Kini ia berjalan menuju halte bus, menunggu bus terakhir yang akan lewat tepat pukul 12.15 dan menyusuri perjalanan ke rumahnya selama 10 menit.
Taehyung turun di halte dekat dengan gang rumahnya. Berjalan acuh kala dua ekor kucing tengah bertengkar di depannya karena memperebutkan seekor tikus yang sudah mati.
"Ayah?!"
Taehyung berlari dengan panik menghampiri sesosok pria setengah baya yang duduk dengan beberapa botol alkohol di mejanya di depan sebuah toserba yag masih buka.
"Ayo pulang, yah." Ujar Taehyung seraya berusaha membangunkan tubuh ayahnya.
Namun Taehyung malah terpental ke tanah akibat dorongan keras yang dilakukan ayahnya.
"Kau punya uang? Berikan aku uang dan jangan urusi urusanku, bocah."
Taehyung bangun, menepuk tangannya agar menghilangkan pasir yang menempel pada telapak tangannya. Menatap acuh pada sosok pria yang setengah sadar di depannya.
"Kalau ayah ingin uang, bekerjalah. Jangan menyusahkanku dan ibu." Ujar Taehyung.
Taeoh bangkit, berjalan sempoyongan menghampiri Taehyung. Memegang kerah baju Taehyung dengan erat. "Tahu apa kau tentang kerja?"
"Berhentilah menyusahkan ibuku." Ujar Taehyung.
Satu pukulan kini mendarat di wajah Taehyung. Diikuti dengan pukulan lain mengenai sisi wajahnya yang lain dan terus begitu sampai Taehyung jatuh ke tanah.
Wajah Taehyung sudah berlumur darah yang keluar dari mulut serta hidungnya, menampilkan beberapa luka memar pada wajah serta luka sobek pada sudut bibirnya.
"Kau seharusnya mati saja, anak sialan!" Ujar Taeoh.
"Ayah yang seharusnya mati." Ujar Taehyung seraya berusaha bangkit dan berjalan menuju ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!