"Bagaimana kalau dua bulan lagi kita menjalankan misinya?"
Itu adalah kalimat yang terlontar dari sang ketua Tim; Kim Taehyung. Ditengah-tengah rapat untuk menjalankan misi menjadi salah satu sandera dari Coinín, pria itu sangat mantap dengan rencana yang sudah ia buat.
Beberapa pasang mata yang berada di ruangan yang sama dengannya ini sontak menoleh, mengamati sosok pria tampan dengan rahang tegasnya itu. Mengamati seperkian detik hingga sorot mata itu kembali pada kesibukannya masing-masing dan hanya tersisa sepasang mata yang masih menatapnya; Kim Namjoon.
"Taehyung kau yakin?"
Si pemilik nama yang baru saja disebut itu kini mengangguk, berdiri dari posisi duduknya dan membuka lebar sebuah peta kota tempatnya tinggal. Gimpo.
Ia melingkari beberapa titik yang menjadi tempat ditemukannya mayat para korban hingga ia menarik seluruh titik itu menjadi satu hingga membentuk sebuah huruf hangul yang bertuliskan "ㅈ (Ji)".
"Sepertinya ada informasi dibalik tempat ia meletakkan mayat tersebut." Jelas Taehyung.
"Bagaimana jika kau keliru?"
"Daripada kau terus meragukanku, bagaimana jika kita menyusun rencana untuk menjalankan misi sampai aku bisa masuk ke dalam kediaman Coinín dan menangkapnya dengan tanganku sendiri."
Yoongi terkekeh pelan. Setelah meneguk singkat es kopi miliknya ia ikut bangkit dan berdiri di samping Taehyung. Mengambil sebuah spidol lain berwarna biru dan ikut membuat sebuah titik yang merupakan tempat terakhir para korban dapat dilihat oleh cctv.
"Bagaimana jika bukan ㅈ (Ji) melainkan ㅅ (s) ?"
Semuanya kembali dibuat bingung, bahkan sekelas Namjoon yang memiliki IQ tertinggi diantara mereka tak mampu untuk menalarkan apa maksud dari si pembunuh sadis itu. Apa pesan yang sebenarnya ingin pelaku itu sampaikan?
Hingga satu gebrakan pada meja membuat semuanya menoleh ke arah Namjoon.
"Cek semua dokumen Coinín dari tahun ke tahun, perhatikan sangat teliti apapun yang ada disana. Nama tempat, inisial, tanggal, no jalan dan sebagainya."
Di depannya Taehyung menepuk kedua telapak tangannya. Menjadi sangat bersemangat kala Namjoon sudah mulai menggunakan otaknya. Inilah kenapa tim Alpha selalu paling unggul karena memiliki tiga kekuatan dalam hal menganalisis kasus tingkat berat seperti ini.
Semuanya kembali disibukkan dengan dokumen tebal yang sudah menumpuk di atas meja. Membuka halaman demi halaman hingga memperhatikan kata demi kata yang ada disana. Dalam hal ini, ketelitian menjadi penentu utama sebuah keberhasilan dalam menemukan petunjuk.
"Taehyung, bisa bicara sebentar?"
Taehyung menoleh, mengikuti Namjoon yang sudah berjalan menuju balkon ruang kerja mereka. Pria itu menyandarkan tubuhnya pada pagar balkon dan membiarkan surai hitamnya berterbangan akibat angin.
"Dua hari kemarin, saat kasus Coinín kembali ditemukan. Kau kemana?"
"Ke rumah sakit, Joon."
Taehyung menghela napas gusar. "Aku sudah pernah cerita bukan? Ibuku tidak baik-baik saja. Kesehatannya juga kadang-kadang menurun."
"Kali ini aku dicurigai juga?" Ujar Taehyung pada akhirnya.
Namjoon merespon seadanya. Mengangkat kedua bahunya dan kembali berujar. "Kenapa selalu bersamaan dengan kasus Coinín?"
"Joon, aku tidak tahu. Ibu selalu seperti itu beberapa jam sebelum seluruh siaran televisi memberikan penemuan mayat kasus Coinín."
Taehyung menjeda. "Apa mungkin pelakunya salah satu dari anak asuh ibu? Haruskah aku tanyakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!