"Sepertinya Taehyung sudah berubah." Kekeh Woosik seraya menghisap batang rokok yang ada di sela-sela jarinya.
"Maksudnya berubah karena sudah tidak pergi ke bar dan mencari wanita lagi?" Sambung Seojoon seraya meneguk minuman miliknya.
"Gak berubah sama sekali. Aku hanya sibuk urusan pekerjaan." Jawab Taehyung yang akhirnya menanggapi kedua temannya yang bersikeras menggodanya perihal Jieun.
"Joon, bukannya kau punya adik?"
Seojoon mengangguk. "Jimin? Dia masih kuliah di London."
Woosik mengangguk sekali. "Pantas saja aku tidak melihatnya kemarin."
"Aku sudah baikan dengan Jimin. Santai saja." Jawab Seojoon.
Taehyung mendengus di tempatnya. Ia juga tau kalau sesuatu yang diributkan oleh Seojoon dan Jimin adalah perkara seorang wanita yang akhirnya tidak bisa dimiliki oleh keduanya.
Singkatnya adalah Seojoon menyukai seorang wanita yang mana dia adalah teman kuliah Jimin juga seorang wanita yang disukai Jimin. Keduanya bersaing sehat selama hampir dua tahun dan akhirnya menyerah dengan membiarkan wanita itu memilih salah satu diantara mereka. Alhasil tidak ada yang dipilih oleh wanita itu.
"Jimin sudah tau Jieun?" Tanya Taehyung.
Woosik dan Seojoon mengalih pandangannya ke arah Taehyung. Sebuah pertanyaan yang begitu acak dari sosok Kim Taehyung.
"Mama bilang sih, sudah."
"Ah.."
Pergerakan Taehyung terhenti kala mendengar Seojoon kembali membuka mulutnya dan kemudian diurungkan.
"Apa?"
Taehyung dan Seojoon kali ini bertatapan. Tatapannya kali ini berbeda, seolah Taehyung tengah memohon akan sesuatu pada Seojoon. Terlebih dua hari ini ia tak pernah melihat Jieun di kantornya.
"Jieun sakit." Kalimat itu berhasil membuat Taehyung kepayahan mengontrol dirinya sendiri.
Ia berlari tanpa henti untuk sekedar mencapai parkiran yang jaraknya 500 meter dari tempat mereka berbicara. Taehyung masuk ke dalam mobilnya, menancap gas tanpa ampun setelah sebuah sabuk pengaman terpasang pada tubuhnya.
Taehyung tak pernah sepanik ini, terakhir kali ia merasakan hal seperti ini adalah ketika mendiang mamanya di bawa ke rumah sakit. Saat itu Taehyung masih berstatus sebagai siswa sekolah menengah pertama. Hari yang seharusnya indah dengan jalanan yang penuh dedaunan serta merupakan hari olahraga nasional dan ia akan tampil sebagai pemanah dalam lomba yang diadakan di sekolahnya.
Semuanya berantakan sejak gurunya memanggil Taehyung untuk datang ke ruang guru, membicarakan mengenai kondisi sang ibu yang kian kritis dengan keadaannya. Saat itu juga Taehyung berlari dari sekolahnya hingga ke rumah sakit. Ia berlari selama 45 menit tanpa henti. Memanggil mamanya dengan putus asa serta memohon pada Tuhan untuk sekali saja tidak mengambil apa yang dimilikinya setelah papanya diambil oleh wanita simpanannya; mamanya sekarang.
"Jieun?" Kata itu yang pertama Taehyung ucapkan kala dirinya tepat berada di depan apartemen Jieun.
Ia mengetuk pintu beberapa kali, memanggil nama Jieun serta matanya yang beredar tatap.
Tepat hampir sepuluh menit ia berdiri disana, Taehyung kembali berlari ke arah lift. Menekan angka ke lantai dasar dan menuju meja resepsionis.
"Minta kunci cadangan atas nama Lee Jieun di kamar 1103."
"Maaf, untuk apa ya pak?"
"Kalian tidak tau kan kalau penghuni kamar itu sedang sakit. Kalian bisa kerja tidak? Atau harus aku bertemu manajer kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!