Coin in Case; 3

287 77 11
                                    

Kim Taehyung yang baru saja menikmati makan siangnya di sebuah restoran di dekat kantornya ini harus berlari dengan tergesa kembali ke sebuah bangunan yang sangat familiar dengannya beberapa tahun terakhir. Setelah membayar makanan yang hanya sempat ia santap beberapa sendok kini ia sudah berada di persimpangan jalan dan bersiap untuk menyebrang.

Menunggu lampu jalan berganti warna hijau dengan perasaan yang bingung setelah melihat grup chat di ponselnya beberapa menit lalu. Ia menghentak-hentakkan kakinya acuh untuk menetralkan semua isi kepalanya.

Kaki yang sejak tadi masih ia gunakan untuk berjalan, kini harus berlari memasuki gedung dengan logo kebanggaannya. Memasuki lift dan menyusuri lorong lantai 7 hingga berakhir di sebuah ruang pengamat yang langsung menampilkan kaca besar yang memperlihatkan seorang wanita serta seseorang yang sangat ia kenal berada di dalam sana.

"Dapat surat izin darimana?"

Namjoon melihat ke arah Taehyung, mempersilahkan rekan kerjanya itu untuk duduk agar tenang.

"Joon?"

Namjoon menghela napas. Memberikan selembar kertas berisi surat izin penggeledahan dan penangkapan atas tuduhan pembunuhan berantai pada seorang wanita bernama Lee Jieun di apartemennya.

"Atas dasar apa, Joon?" Ujar Taehyung agak frustasi.

"Bukan cuma kau saja yang membaca dokumen Coinín berulang kali. Yoongi hyung sudah mempelajari lebih dulu."

"Suruh Yoongi hyung kemari."

Namjoon mengangguk dan setelahnya ia terlihat di ruangan yang sama dengan Yoongi dan Jieun. Setelah membisikkan beberapa kalimat dirinya duduk di tempat Yoongi selanjutnya, sementara pria berkulit pucat itu keluar ruangan untuk menghampiri Taehyung.

"Hyung.."

"Firasat, Taehyung."

Taehyung menghela napas gusar, kembali mengacak rambutnya sebelum berujar.

"Hyung, kau tahu kan dia siapa? Penulis terkenal, Hyung."

Pria Kim itu kembali menghela napas. Bangkit dari duduknya dan melanjutkan kalimatnya. "Penggemarnya tidak bisa dihitung oleh jari, bahkan semua jari kita pun tidak akan cukup untuk menghitung penggemarnya."

"Kalau dia terbukti tidak bersalah  namanya akan bersih, Taehyung."

"Tapi kita akan mendapat respon negatif karena menangkap orang yang tidak bersalah dan menyebarkan beberapa rumor nantinya."

"Biarkan aku mengintrogasinya, sekali."

"Untuk meyakinkan firasatku." Lanjut Yoongi.

Akhirnya Taehyung mengangguk setelah beberapa detik memikirkan ide Yoongi.

"Aku ikut."

Yoongi mendecih diambang pintu, menatap Taehyung kemudian berujar sinis. "Profesional, Kim."

Di belakangnya, Taehyung hanya tertawa pelan. Selain untuk mengetahui maksud Yoongi, ia memang sebenarnya ingin melihat sosok penulis favoritnya dari dekat. Anggaplah, pria ini termasuk ke dalam salah satu dari sekian banyak penggemar yang tak bisa dihitung tadi.

..

Lima belas menit sudah berlalu sejak ketiganya berdiam diri di ruangan yang berisi tiga buah kursi yang sudah diduduki ketiganya, satu buah meja panjang dan satu buah laptop yang sudah dibuka oleh Yoongi beberapa menit lalu.

"Masih enggan membuka suara atas tuduhan yang datang pada anda, Nona Lee Jieun?"

Kali ini Yoongi kembali keluar ruangan untuk mengambil sebuah dokumen dan beberapa foto bukti-bukti yang ia temukan sendiri. Sementara Yoongi mengambil berkas tambahan, di ruangan yang sangat sunyi sejak awal keempat bola mata itu akhirnya bertemu dan saling tatap satu sama lain.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang