Coin in Case; 7

196 64 6
                                    

Kepala Taehyung terasa sangat pening hingga sebuah suara mengisi indera pendengarannya dan membuat matanya terbuka perlahan. Suara dentingan alat yang bisa ia tebak berbahan dari besi alumunium atau semacamnya itu seolah tengah digesekkan pada sesuatu.

"Selamat malam, Kim Taehyung!"

Taehyung sontak membuka matanya, meski kepalanya masih terasa pening dan kedua tangan serta kakinya tak bisa ia gerakkan. Sanyup-sanyup matanya menangkap sebuah siluet wanita yang berdiri membelakanginya tak jauh dari tempatnya berbaring.

"Sudah tidurnya?"

Jieun meletakkan beberapa alat yang biasa ia gunakan untuk menghabisi korbannya. Kini langkahnya kian mendekat pada sosok pria yang tengah merasa kebingungan.

"Sudah tiga hari kau tidur disini, Kim Taehyung. Pekerjaanmu yang terlalu berat hingga kau merasa nyenyak atau tempat ini yang terlalu nyaman?"

Tak lama suara tawa itu menggema. Menampilkan ekspresi kemenangan pada wajah cantik Lee Jieun yang kini hanya berjarak beberapa centi dari wajah Taehyung. Jemarinya mulai mengelus lembut rahang tegas milik pria yang sudah mengerutkan dahinya.

"Ah.. Teman-temanmu tidak akan kesini."

Jieun kembali terkekeh kala Taehyung mencoba menggerak-gerakkan pergelangan kaki kanannya.

"Alat pelacaknya sudah aku buang, Kim Taehyung."

Jieun mendengus sebal. "Aku tidak tahu ternyata kau tidak terlalu pintar."

Kini Jieun membuka penutup mulut pria yang sudah menatapnya kesar sejak tadi.

"Sini, biar aku bantu kau untuk duduk. Aku bukan orang jahat yang membiarkan orang lain tidak makan."

"Lantas kenapa kau membunuh mereka? Kenapa?"

Jieun berjalan membelakangi Taehyung, mengambil beberapa piring berisi makanan ringan dan puding strawberry yang dibuatnya sendiri.

"Makanlah. Sehabis makan kita cerita, deal?"

Taehyung tertawa geli, matanya memicing menatap jijik wanita yang tengah membantunya untuk duduk.

"Aku bisa menangkapmu kapan saja."

Jieun yang sudah selesai untuk mengikat tangan Taehyung dibelakang kursi itu lantas mengulurkan kedua tangannya. Menatap Taehyung dalam-dalam seraya berujar.

"Ayo tangkap aku."

Taehyung membalas tatapan Jieun, menatap mata gadis itu dalam-dalam hingga membuatnya berpikir beberapa saat. Ada yang aneh dari tatapan mata Jieun.

Memilih enggan untuk menanggapi Jieun, ia berujar dengan datar. "Suapi aku."

Jieun yang menaikkan alisnya sebelum mengerti maksud Taehyung karena tangan pria itu diikat di belakang kursi akhirnya Jieun mengangguk. Duduk di kursinya dan mulai menyodorkan sesendok nasi beserta sup rumput laut ke arah Taehyung.

Tak ada percakapan yang penting diantara keduanya, hanya suara sendok yang beradu pada piring beling serta isyarat Jieun yang membuat Taehyung kembali membuka mulutnya.

Kegiatan itu berlangsung sekitar 15 menit sebelum akhirnya Jieun membuka ikatan tangan Taehyung dam berujar pelan.

"Pudingnya makan sendiri saja, aku harus keatas."

Taehyung tak menanggapi, matanya mengikuti punggung Jieun yang sedikit demi sedikit kian menjauh dari pandangannya. Hingga ketika wanita itu sampai di ambang pintu dan menoleh ke arahnya, ia memalingkan wajahnya

"Kau tidak bisa kabur dari sini. Hanya ada satu pintu ini dan hanya ada satu akses jalan keluar yaitu melewati kamarku."

Setelahnya pintu sudah tertutup lengkap dengan bunyi yang menandakan jika wanita itu sudah mengunci pintunya. Mata Taehyung beredar tatap pada sebuah ruangan sebesar kamar tidurnya.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang