2002; 13

328 98 11
                                    

Jajaran rak buku dan juga hembusan angin dingin yang memaksa masuk serta menerbangkan gorden sudut-sudut sebuah perpustakaan umum di pinggiran kota Itaewon ini menjadi suasan yang dipilih Jieun untuk menghabiskan sisa liburan semesternya yang hanya tersisa hari ini. Sebelum dua hari kemarin ia sempat pulang ke Seoul dengan diantarkan Taehyung.

Tangannya memegang gagang cangkir di sisi meja, sebuah cokelat panas yang mejadi satu-satunya minuman yang bisa ia minum selain kopi dan teh. Jieun memiliki riwayat gerd yang cukup parah hingga ia harus dapat memilih makanan dan minuman yang tepat tanpa menimbulkan gejala pada penyakitnya.

Jieun menilik jam tangan polos miliknya, melihat sudah pukul setengah enam sore yang artinya sudah hampir tiga jam dirinya berada disini. Membaca sebuah novel selama tiga jam dan membuat matanya cukup lelah.

Suara derap langkah dari para pengunjung yang berlalu lalang untuk mencari buku atau mencari tempat kosong di sudut ruangan ini sempat membuat Jieun menoleh sesekali. Tentu saja bukan tanpa alasan karena beberapa menit lalu Taehyung mengirim pesan padanya agar menunggunya disana sampai ia sampai.

Seperkian menit berikutnya, Jieun mengangkat diri. Berjalan keluar meja menghampiri kasir untuk membayar minumannya setelah ia mendapat pesan jika Taehyung sudah berada di luar.

"Awas licin!" Teriak Taehyung dari dalam mobil.

Kedua mata mereka saling bertatapan satu sama lain, menarik kedua sudut bibir masing-masing serta merta membawa kehangatan di dalamnya.

"Sudah puas bacanya?" Tanya Taehyung seraya membukakan pintu mobil untuk Jieun.

"Kalau baca di rumah, kau pasti akan menggangguku." Ujar Jieun.

Taehyung terkekeh pelan, tangannya dengan santai membersihkan rambut Jieun dari butiran-butiran salju yang menempel disana serta di bagian pundak Jieun.

"Tangan?"

Tanpa menunggu lama, Jieun memberikan tangannya pada Taehyung. Bak seekor peliharaan yang menuruti permintaan sang majikan ketika dimintai tangannya dan akan diberi camilan.

Taehyung sudah menggesekkan kedua telapak tangannya pada telapak tangan Jieun yang beku. Meniupi kedua telapak tangan Jieun agar gadinya itu tak lagi merasakan kedinginan atau aliran darahnya beku.

"Makan dimana?"

Kalimat itu diucapkan disela-sela aktifitas Taehyung yang tengah meniup pergelangan tangan Jieun.

Taehyung memang selalu memperlakukannya dengan hangat dibalik sifat menyebalkan pria itu. Bohong jika Jieun tak merasa nyaman di dekat Taehyung tapi hatinya masih enggan terbuka untuk pria di depannya. Ada sedikit rasa takut untuk memulai sebuah hubungan lagi setelah ia dikecewakan begitu dalam oleh sosok mantan kekasihnya.

"Aku mau sup." Ujar Jieun.

"Di kedai kemarin?"

Jieun mengangguk pelan lantas Taehyung mulai mengemudikan mobilnya. Berjalan dengan kecepatan dibawah rata-rata karena salju sedang deras-derasnya juga sebelah tangannya yang tal lepas dari telapak tangan Jieun.

Setelah berkendara hampir dua puluh menit, keduanya sampai di sebuah kedai sederhana. Kedai yang menjadi makanan favorit Taehyung dan teman-temannya ini kini hanya akan menjadi tempat makan favorit Jieun dengan semua menu yang Jieun suka. Tanpa terkecuali.

"Aku turun duluan."

Taehyung berdehem pelan, ia membiarkan Jieun turun terlebih dahulu untuk berlari singkat masuk ke dalam kedai. Sementara dirinya harus mematikan mesin mobil juga memakai jaketnya yang berada di kursi belakang.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang