Gone; 14

301 74 11
                                    

"Gyu papa mau--"

Remaja 17 tahun itu tak menanggapi. Langsung keluar dari mobil dan hanya menyapa mama untuk pamit berangkat sekolah.

Sementara Taehyung hanya melihat dengan raut wajah sedikit kecewa. Matanya kembali sendu serta auranya yang seakan redup.

Setelah Beomgyu berlalu, Jieun mengusap punggung tangan Taehyung.

"Sabar ya? Gyu masih butuh waktu sayang."

Setelah kejadian bulan lalu saat Taehyung datang ke rumah Jieun dengan membawa surat cerai, ia pikir semuanya akan mudah bagi keluarga kecil mereka untuk bersatu. Ternyata tidak semudah yang ia bayangkan.

Perusahaannya di salah satu kota di Jepang sedang mengalami masalah ekonomi yang tidak stabil. Tentu saja itu mengharuskan dirinya untuk kembali ke Jepang dan tinggal disana sementara waktu. Padahal ia sempat bilang pada Beomgyu kalau dirinya tidak akan pernah kembali lagi ke Jepang dan akan memulai semuanya dari awal.

"Semuanya sudah selesai, Ji. Aku hari ini sidang perceraian pertama."

Jieun mengangguk. "Aera datang?"

"Iya, kamu juga sudah bicara dengan Aera kan?"

Jieun mengangguk lagi. Rasanya seperti akan merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan namun lega pada akhirnya. Meski bukan sidang cerainya, tapi Jieun merasa khawatir entah karena apa.

Mobil yang dikendarai Taehyung itu melaju menuju sebuah bangunan yang di wilayah pemerintahan kota; dimana gedung-gedung penting yang memiliki fungsi masing-masing untuk kepentingan warga sipil berada disana. Sebuah wilayah khusu yang sangat luas hanya untuk area pemerintahan.

"Itu mobil bunda, kan?" Suara yang terdengar ragu itu berasal dari Jieun yang sudah melepaskan sabuk pengamannya.

Wanita itu lantas mengambil tas dan turun dari mobil diikuti sang suami dari pintu lainnya. Matanya terbuka lebar saat wanita yang begitu ia kenal meskipun tak pernah bertemu selama bertahun-tahun itu akhirnya berdiri tepat di depannya.

Senyum tulus dan sikap sopan yang Jieun berikan nyatanya tak bisa membuat satu cetakan senyum pada wanita yang dandannya terlihat anggun itu.

"Bunda tau ya, kamu ngelakuin apa aja di belakang bunda. Kamu udah gak ngehargain bunda, Kim?"

Wanita itu berbicara dengan nada yang begitu terdengar biasa di telinga Jieun. Nada menyalak serta intonasi yang begitu kuat.

"Bunda tau darimana?"

"Kalo besan bunda tidak bilang, mungkin bunda tidak akan pernah tau."

Taehyung tertawa kecut. "Sekarang bunda sudah tau, kan? Aku dan Aera tak pernah saling mencintai, bun."

"Ngomong apa kamu? Kalau tidak saling cinta kenapa Aera hamil?"

Kuping Jieun seakan pengang. Haruskah sesering ini ia dipermainkan oleh takdir?

"Bunda ngomong apa? Gak mungkin bunda. Taehyung dan Aera tidak pernah melakukan hal itu."

"Oh, jadi kamu benar-benar tidak menyentuh Aera?"

"Iya."

"Kalau gitu, saat kamu dibawah pengaruh alkohol. Masih tidak ingat, Kim Taehyung?"

Taehyung mengerutkan dahinya. Seingatnya, selama menikah dan tinggal dengan Aera ia tak pernah minum lebih dari batas toleransinya terhadal alkohol. Ia selalu akan berusaha menyadarkan diri apapun yang terjadi. Bahkan jika ia dipaksa teman koleganya untuk mabuk, Taehyung memilih untuk tidur di hotel daripada tidur di rumahnya dengan Aera.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang