Sore ini Jieun masih melakukan rutinitas yang sama dengan sebulan yang lalu; pulang jam 3 sore dan kembali melakukan pelajaran tambahan untuk persiapannya sebagai perwakilan sekolah untuk olimpiade fisika tahun ini di Jepang yang akan diadakan kurang lebih 28 hari lagi.
Jieun bersenandung kecil kala wali kelasnya; ibu Sunhee sudah meninggalkan ruangan terlebih dulu seperti biasa. Tangannya menutup semua buku-buku di atas mejanya, memasukkan ke dalam tasnya sebelum meraih tas gendong miliknya dan ia selempangkan pada lengan sebelah kanannya.
Senandungannya masih berlanjut sampai ia keluar ruanga guru dan menemukan sosok pria yang sama sekali tidak asing baginya; siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung.
Bukan Jieun namanya kalau tidak mengekori dan penasaran dengan apa yang dilakukan Taehyung, dan tentu saja kali ini ia juga mengikuti Taehyung ke atap sekolah. Tempat favorit pria itu mungkin? Gumamnya.
"Taehyung maaf."
Jieun bisa melihat raut wajah Taehyung, pria itu kebingungan bahkan untuk menanggapi sosok pria lain di depannya.
"Aku tahu ini salah. Tapi maafkan aku."
Jieun menyipitkan matanya, mencari celah terbaik untuk melihat siapa yang menjadi lawan bicara Taehyung kali ini. Woosik? Daniel? Oh tidak. Jieun hapal betul kedua teman kelasnya itu.
"Kau sudah mendapat apa yang kau mau kan, Jim?"
"Jimin?" Gumam Jieun pelan.
Jieun masih mengamati kedua pria yang tengah bersitegang jauh di depannya.
"Taehyung, kau masih tetap menjadi temanku. Sampai kapanpun." Ujar Jimin.
"Iya Jim, kau juga temanku. Tapi kau akan dijauhi dengan mereka jika berteman denganku."
Jimin berjalan ke arah Taehyung yang kini tengah bersandar pada tembok penghalang atap sekolahnya.
"Kita kan sudah sepakat untuk tidak saling kenal setelah kau menjadi anak basket, iya kan?" Lanjut Taehyung lagi.
"Maafkan teman-temanku kemarin-kemarin, ya?" Ujar Jimin.
Taehyung mengangguk pelan. "Tidak masalah selama kau tidak ikut andil dalam semua yang mereka lakukan."
Jimin berdehem pelan. "Ah, bagaimana olimpiadenya? Kau pasti terpilih kan?"
Taehyung menggeleng pelan. "Tidak."
"Gadis itu yang terpilih? Bagaimana bisa Taehyung?"
Taehyung mengangkat kedua bahunya, enggan untuk memberitahu Jimin perihal perjanjiannya dengan Jieun.
"Ibu sudah tahu?" Tanya Jimin.
Taehyung mengangguk. "Sudah tahu saat pengumuman kemarin. Tepatnya bukan aku yang memberitahu."
"Kau di sogok? Atau juri pasti bermain curang, kan?"
Taehyung kembali mengangkat kedua bahunya.
"Dan bukankah kau bilang kalau hadiahnya nanti akan digunakan untuk membayar semua hutang ayahmu?"
"Aku tetap dapat hadiahnya, kok." Ujar Taehyung santai.
"Hah?"
"Jadi benar? Benar kalau dia bermain curang? Atau pihak sekolah yang curang?" Ujar Jimin lagi.
"Tidak, Jim."
"Taehyung, bukannya kau mengincar beasiswanya? Atau sekarang sudah berubah rencana hidup yang selalu kau gambarkan saat kita SMP?" Tanya Jimin.
"Sudah ya, Jim. Aku tidak ingin membahas ini."
"Aduh!" Pekik Jieun setelah tak sengaja dirinya salah menginjak anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!