"Taehyung, tidak apa?"
Bibir Jieun akhirnya berhasil mengucapkan kalimat yang sedari tadi ia pendam. Menatap sosok pria yang mengenakan seragam sama seperti dirinya yang kini menggenggam sebelah tangannya dengan sangat lembut.
"Kau yakin mau datang?"
Taehyung ikut menatap Jieun, ditatapnya sosok gadis yang bisa ia lihat kini menampilkan raut ragu pada wajah cantiknya. Gadisnya itu kini menatap lurus pada gedung besar di sebrang jalan, sebuah gedung yang menjadi tujuan keduanya.
"Iya. Kan kau temani. Jadi aku tak apa." Jawab Jieun seraya menyelipkan rambutnya pada daun telinga.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, Kim Taehyung." Ketus Jieun.
"Aku juga tak apa. Jatah bolosku semester ini kan masih utuh."
Jieun terkekeh seraya semakin mengeratkan genggaman tangannya pada telapak besar milik Taehyung.
"Taehyung, saat ayah dan ibumu cerai. Kau datang di persidangan mereka tidak?"
Taehyung menggeleng pelan, namun dengan cepat ia menjawab pertanyaan Jieun. "Tapi kata ibu itu hanya sidang yang mudah kalau keduanya datang. Totalnya dua kali persidangan."
"Kalau salah satunya tidak datang bagaimana?" Tanya Jieun.
Taehyung mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tahu."
"Ayahmu pasti datang, kok." Lanjut Taehyung lagi.
Keduanya kini berjalan memasuki gedung tersebut. Mengamati sekeliling isi gedung yang tak pernah dikunjungi oleh kedua siswa sekolah menengah itu.
Taehyung dan Jieun sudah sampai di aula sidang, melihat beberapa orang yang sudah berada di depan yang bisa mereka tebak sebagai jaksa, bunda Jieun dan pengacaranya serta seorang pengacara yang bisa mereka tebak sebagai pengacara ayah Jieun yang tengah menunggu kehadiran kliennya.
"Menikah itu menyeramkan ya, Taehyung?"
Taehyung tak menjawab, ia memilih untuk menoleh ke arah Jieun. Mengusap punggung telapak tangan gadisnya yang berada di pangkal paha miliknya. Jieun sangat gugup dan juga takut.
Setelah menunggu hampir 10 menit, akhirnya Lee Sinwo datang. Memasuki aula itu dan berjalan ke tempat duduknya.
Taehyung dan Jieun hanya mengamati proses persidangan di depan mereka. Tanpa berbicara ataupun berkomentar.
Sampai persidangan selesai dan diakhir dengan kesepakatan kedua belah pihak untuk sidang akhir dua pekan kemudian.
Jieun berdiri, menghampiri kedua orang tuanya yang kini tengah berpelukan satu sama lain. Akhirnya ia bisa merasakan pelukan keduanya lagi setelah sekian lama.
"Maafkan ayah ya sayang." Ujar Sinwo seraya mengusap singkat kepala Jieun.
Jieun mengangguk. Meski masih sangat kesal dengan perbuatan ayahnya, sosok di depannya ini pernah menjadi idolanya dulu. "Cari bahagia ayah sendiri walaupun bukan sama aku dan bunda, ya yah?"
Sinwo mengangguk. Air di pelupuk matanya itu kini jatuh perlahan. Rasa bersalahnya semakin menusuk dirinya. Bahkan ia lupa kapan terakhir ia membuat gadis kecilnya tertawa setelah berbagai luka yang telah ia perbuat.
Sinwo berlutut, menggenggam tangan Jieun kuat seraya mengucapkan kalimat maaf berkali-kali. "Maaf sayang, maaf. Maafkan ayah."
"Ayah bangun." Ujar Jieun seraya membantu ayahnya untuk berdiri.
Jiah mengusap punggung Jieun. "Jieun tunggu diluar ya? Bunda ingin bicara sebentar dengan ayah."
"Bun, aku pergi makan dengan Taehyung saja ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!