Dunia berjalan seperti biasa; matahari terbit di sebelah timur bumi, awan berwarna putih, langit biru nan cerah seperti hamparan padang pasir dan lalu lintas yang berjalan seperti biasanya. Tidak lupa dengan rutinias sekolah yang selalu berjalan monoton dan berulang seperti biasanya.
Pagi ini Taehyung berjalan memasuki gerbang sekolahnya, dengan sepasang headseat yang menyumpal indera pendengarannya dan juga sebuah Hoodie yang menutup bagian kepalanya. Tak banyak menarik perhatian, pasalnya inilah Taehyung yang biasanya.
Semuanya tampak normal sampai ia harus melewati kerumunan siswa dan mendengar bisikan-bisikan yang walau samar tapi masih bisa terdengar olehnya. Jangan heran, headseat miliknya hanya sebagai hiasan. Alasannya tentu satu; Taehyung terlalu lelah mendengar omong kosong orang-orang disekitarnya, tanpa terkecuali dan termasuk ibunya sendiri.
"Dia Kim Taehyung, kan? Pemenang olimpiade tahun lalu?"
"Ya ampun, wajahnya kenapa biru semua?"
"Apa diluar sekolah dia adalah preman? Atau tukang bully?"
"Oh my god, wajah tampannya hilang kemana?"
Taehyung mendengar semuanya. Pria itu hanya mengabaikan semua bisikan-bisikan gila tentangnya pagi ini. Kaki jenjangnya mulai memasuki kelas, tentu saja tatapan anak-anak kelasnya sangat membuatnya merasa risih.
"Tae, kau kenapa?"
Taehyung melepas headsetnya, berpura-pura memberi isyarat agar temannya; Woosik mengulang apa yang baru saja ia bicarakan.
"Wajahmu?" Ulang Woosik.
Taehyung membuka Hoodienya, membuat Woosik berkomentar heboh kala melihat wajah Taehyung dengan jelas. Beberapa luka lebam, bibir sobek dan luka pada dahinya yang belum kering.
"Kau bertengkar?" Tanya Woosik.
Taehyung menggeleng pelan. "Semalam saat aku pulang ada beberapa pemuda mabuk, mereka pikir aku adalah musuhnya."
Woosik mengangguk, percaya dengan kebohongan yang diutarakan Taehyung.
"Ke UKS saja Tae. Biar aku izinkan sampai istirahat." Ujar Woosik.
Taehyung kembali mengangguk, menepuk pundak Woosik dan berjalan keluar dengan membawa headset dan ponsel miliknya.
Baru beberapa langkah keluar dari kelasnya, Taehyung berdiam diri kala sepanjang koridor tengah heboh dengan sosok Chanyeol yang berlutut di depan gadis yang minggu lalu membuat kesepakatan dengannya.
"Ayo terima! Terima!"
Begitulah beberapa siswa yang berdiri melingkar menonton Chanyeol yang mengajak Jieun berkencan.
Taehyung memilih kembali berjalan, memilih area pinggiran koridor untuk melewati kerumunan yang begitu menyesakkannya bahkan di pagi hari.
Sementara Jieun yang hampir sepuluh menit harus terjebak diantara kerumunan gila dan sosok pria sombong yang di cap sebagai pria idaman di sekolahnya ini tak dapat memalingkan pandangannya pada sosok Kim Taehyung yang berjalan menembus kerumunan. Sampai pada Taehyung berada beberapa puluh cm di depannya, ia sadar pria itu memiliki banyak luka di wajah tampannya.
"Jieun ayo terima!"
Jieun berdecak, kembali sadar jika ia masih terjebak diantara kegilaan pagi ini. Dengan senyum yang ia patri sesempurna mungkin dan tangan lentiknya yang mengambil bunga mawar yang diulurkan oleh Chanyeol, Jieun berujar dengan nada sangat lembut.
"Ya ampun! Aku sangat terkejut dengan ini dan sangat tidak menyangka mendapat perlakuan manis dari pria idaman kalian." Ujar Jieun dan dibalas teriakan histeris beberapa siswa perempuan yang tengah menonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
ФанфикBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!