Coin in Case; 1

458 90 12
                                    

"Permisi~"

Langkah itu kian terburu menerobos kerumunan para wartawan yang berada di sebuah ruangan rapat di kantornya untuk konferensi pers mengenai terbitnya buku ke-3 milik Jieun.

"Permisi~"

Gadis itu berlari namun tetap memperhatikan langkahnya, agar tidak mengenai peralatan milik wartawan yang datang diacaranya. Kaki jenjang itu mulai menaiki anak tangga untuk sampai ke atas panggung dengan langkah sopan nan hati-hati.

"Maaf.."

Pria berbadan tinggi yang sudah berdiri di belakang podium itu menoleh, berjalan singkat untuk membenarkan microphone disana seraya berujar pelan.

"Kita bicarakan nanti."

Jieun mengangguk mengerti, gerakan selanjutnya tentu saja ia harus mengambil microphone miliknya dan menyapa para wartawan yang sudah menunggunya 15 menit lalu.

"Terimakasih untuk semua wartawan yang sudah hadir ke acara perilisan buku ke-3 saya yang berujudul Child Abuse."

Kedua telapak tangannya kini saling bertautan dan ia letakkan diatas podium. Tanpa menggunakan naskah pidato apapun untuk berdiri disana, dirinya seperti terlahir untuk dikenal dan berbicara di depan banyak orang.

"Pertama, buku ini berisi mengenai perilaku orang dewasa yang bisa menimbulkan kekerasan pada anak-anak. Kedua, perilaku yang ditimbulkan oleh anak setelah mendapat kekerasan tersebut dan yang ketiga, buku ini juga memuat dampak jangka panjang yang akan diterima oleh anak selama hidupnya."

Berdehem pelan untuk menetralkan suaranya, Jieun kembali berbicara. "Kalian mungkin tahu disetiap buku yang saya terbitkan akan ada satu chapter mengenai sebuah kisah atau cerita disana. Tentu saja dibuku ini memuat kisah mengenai kekerasan pada anak dan dampaknya."

Jieun membungkuk pelan, tanda jika dirinya sudah selesai memaparkan garis besar dari karya terbaru miliknya. Mematikan microphone dan mempersilahkan para wartawan disana untuk mulai mengajukan pertanyaan.

"Nona Jieun, apakah anda terinspirasi dari seseorang? Jika iya, siapa dia?"

Jieun memutar bola matanya, kembali menyalakn mic dan tersenyum pelan sebelum menjawab pertantaan salah satu wartawan yang berhasil dipilih oleh Jason.

"Terimakasih atas pertanyaannya. Inspirasi ini saya dapat dari maraknya kasus kekerasan pada anak di kota yang kita tinggali, bahkan di kota-kota besar seperti Seoul dan Gangnam kasus kekerasan pada anak ini makin bertambah setiap tahunnya."

Ia menyentuh dagunya dan kembali berbicara. "Saya rasa, tidak ada alasan khusus yang dapat dimaklumi dalam melakukan kekerasan pada anak. Terimakasih."

"Nona Jieun, dari kedua kisah yang anda ceritakan di buku sebelumnya, itu terlihat begitu nyata. Apakah kisah itu memang diangkat dari kisah nyata? Kisah siapa yang anda angkat?"

"Terimakasih atas pertanyaannya. Benar. Kedua-- ah tidak, ketiga kisah yang aku masukkan kedalam dua buku terakhir dan buku terbaru ini memang kisah nyata. Kisah seorang anak yang selalu mendapat kekerasan dari orang tuanya. Tapi, untuk siapa dibalik nama pemeran utama yang selalu ada dalam buku saya. Saya meminta maaf karena tidak bisa menyebutkannya. Terimakasih."

Langkah itu sudah berjalan masuk ke dalam ruangan pribadinya yang berada tepat di samping ruangan rapat tersebut. Duduk diatas kursi kerja miliknya dan memijat pelan kala kepalanya terasa pening akibat jam tidurnya yang kurang.

"Sudah aku bilang tidak usah bekerja terlalu keras untuk karyamu."

Ocehan Jason bagai denting jarum jam yang selalu mengisi indera pendengarannya. Bukan tanpa alasan, pria yang lebih tua dua tahun darinya yang juga merupakan seorang senior di universitasnya itu tentu saja menaruh rasa khawatir pada dirinya.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang