Scarlet Heart; Seoul - 1

357 54 11
                                    

"Siapa juga yang akan menonton acara-acara seperti ini?" Ketus Jieun.

Saat ini dirinya berada di sebuah ruangan khusus untuk melihat siaran ulang sebelum tayang di televisi.

"Augh, lihat pemilihan acara yang menampilkan sejarah-sejarah seperti ini." Gumamnya lagi.

"Lagi-lagi kau selalu meremehkan soal sejarah, Jieun."

Jieun tertegun, ia menoleh saat pintu ruangannya itu terbuka dan menampilkan sosok pria yang mungkin seusia dengan ayahnya.

"Aku pikir daripada memilih acara seperti ini, lebih baik menampilkan isu kejahatan." Ujar Jieun.

Pria paruh baya yang merupakan atasan Jieun itu terkekeh pelan. "Targetku adalah penonton yang seusia denganku, yang mungkin menonton ini selepas mereka bekerja dari ladang atau mengurus hewan ternaknya."

"Lagipula tak ada salahnya untuk memperkenalkan sejarah pada kalangan muda sepertimu." Lanjutnya lagi.

"Ayahku juga seusia dengan pak Han, tapi beliau enggan menonton sejarah seperti ini." Ujar Jieun.

Pak Han itu kembali tertawa. Menurutnya ada beberapa orang yang sangat menyukai sejarah dan ada yang tidak karena ada dua sisi yang digambarkan sejarah. Masa kejayaan dan masa kehancuran, kedua sisi itulah yang membuat orang-orang enggan untuk mengulang ingatan mereka tentang momen itu.

"Terlalu terjebak di zaman modern juga salah, Jieun."

Jieun menghela napasnya. Tentu saja ia menghormati betul senior sekaligus atasannya itu. Pak Han adalah satu-satunya orang yang selalu berada di pihaknya apapun genre yang Jieun pilih.

"Baik, pak."

Pak Han hanya tertawa, itulah kalimat yang akan keluar dari Jieun setelah gadis itu tampak kalah darinya.

"Kalau sudah oke, kasih pada Joohyuk. Semoga kau tidak lupa kapan itu akan ditayangkan."

"Iya, pak. Senin jam 9 malam, pak."

Jawaban Jieun hanya membuat pak Han kembali tertawa. Jujur saja, Jieun adalah pegawai termuda yang berhasil bergabung ke dalam timnya sejak setahun yang lalu di usia 26 Tahun.

"Setelah itu, kau jelas tau apa yang harus dilakukan?"

Jieun mengangguk. "Ke perpustakaan dan kembali melanjutkan bacaan mengenai zaman kerajaan."

"Good job, Lee Jieun!"

..

Disinilah Jieun berakhir, jika sabtu malam gadis seusianya akan bermain bersama teman atau bahkan berkencan bersama kekasih mereka. Itu tidak berlaku bagi Jieun. Profesinya sebagai jurnalis dan reporter mengharuskan ia bertaruh pada waktu dan juga pikirannya.

Ya, sebenarnya Jieun mendapat jatah libur sehari dalam dua minggu. Tetapi ia hanya menghabiskan waktu liburnya itu untuk menonton drama atau tidur seharian. Tidak ada kegiatan spesifik yang istimewa bagi Jieun. Terutama pekerjaannya.

"Seharusnya saat sekolah aku belajar sejarah saja mati-matian, kenapa juga aku malah belajar matematik sampai mimisan." Gumam Jieun seraya membolak-balik buku lusuh yang ada di depannya.

Ini adalah buku ketiga Jieun. Sebelumnya posisi ini diisi oleh seorang pria berkacamata yang sangat kutu buku dan dipindahkan ke bagian variety show. Sebagai anak baru dia yang menjadi korban untuk mengambil posisi ini.

Sebenarnya yang dilakukan Jieun cukup mudah, hanya membuat gambaran kasar mengenai sejarah secara berurutan yang nantinya akan dimatangkan oleh tim produksi dan tim naskah.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang