Jieun berjalan begitu tergesa dengan napasnya yang tersenggal hingga dirinya harus mengaturnya sendiri. Kaki jenjangnya berjalan menyusuri ruangan-ruangan yang beberapa hari ini sempat familier dan beberapa kali ia datangi.
Sebuah gedung perusahaan bertingkat hampir sembilan lantai dengan tujuh lantai utama. Jieun tahu betul ruangan mana yang harus ditujunya saat ini. Sebuah ruangan berbalut kaca hitam nan tebal yang melingkari ruangan berbentuk persegi dan cukup luas; ruang kerja Kim Taehyung.
Sesekali Jieun meremas sebuah amplop cokelat di tangan kanannya. Emosinya sudah memuncak di ujung kepalanya yang bisa saja ia ledakkan saat ini juga.
Terkadang pria brengsek itu memang harus diberi pelajaran sesekali; itulah kalimat yang terus menerus Jieun ucapkan dari awal kedatangannya ke gedung ini sampai kini ia berada di depan ruangan yang gagang pintunya sudah ia pegang dengan kuat. Bersiap untuk membuka ruangan itu dengan sangat lebar.
"Masuklah, kenapa kau hanya diam disana hm?"
Jieun merasa kakinya kaku hingga tidak bisa ia gerakkan sesuai keinginannya. Matanya membola lebar meski ia tahu pemandangan seperti ini mungkin bisa saja ia temui di perusahaan milik pria brengsek seperti Taehyung.
Jieun kembali membenarkan posisi leher serta kakinya, tangannya menarik knop pintu dengan lembut serta kedua tangannya yang kini sudah ia lipat di depan dadanya. Matanya menatap memperhatikan Taehyung yang tengah menggigit sebungkus benda yang sangat ia kenal. Alat pengaman seks; kondom.
Kini Jieun mengalihkan pandangannya pada sosok wanita yang tengah tertidur di atas meja dengan pasrah. Kakinya mulai melangkah ke arah Taehyung, menghentikan pergerakan pria itu yang tengah memasang pengaman itu pada miliknya.
"Oh, wow? Mau gantiin dia?"
Jieun memungut pakaian milik wanita yang kini juga menatapnya. Entah tatapan seperti apa, tapi Jieun melihatnya sebagai tatapan meminta pertolongan.
"Pakailah dan pergi dari sini." Ujar Jieun seraya menyodorkan pakaian yang tadi ia ambil di lantai.
"Jangan merusak kesenanganku, Ji."
Jieun mendengus melihat Taehyung yang menatapnya penuh amarah. Sementara matanya kini beralih pada sosok wanita yang sedang tergesa memakai pakaiannya.
"Sini."
Jieun menoleh, menatap Taehyung yang sudah menggeser posisinya dan menatapnya serta menatap meja di depannya bergantian. Memberi isyarat jika ia harus duduk di atas meja kerja pria itu.
"Biarkan dia pergi dulu, aku tidak mau ada yang melihat." Ujar Jieun seraya menatap wanita yang masih sibuk dengan pakaiannya.
"Te-terima kasih, nona." Ujar wanita yang sudah berdiri di depan pintu.
"Pergilah ke toilet, bersihkan dirimu dan pulanglah."
Wanita itu lantas mengangguk beberapa kali, tergesa meninggalkan ruangan dan seorang pria gila yang tengah terkekeh ke arahnya.
"Kunci pintunya." Ujar Jieun.
Taehyung menoleh ke arah lain, jelas wanita itu berbicara padanya. Untuk memastikan jika Jieun benar-benar menyuruhnya, ia menunjuk dirinya sendiri dengan salah satu jarinya dan berujar pelan. "Aku?"
"Iya, siapa lagi? Apa aku terlihat tengah berbicara dengan makhluk halus?"
Taehyung tertawa hambar, menepuk tangannya beberapa kali serta alisnya yang hampit bertaut satu sama lain. Emosinya tentu saja sudah memuncak setelah Jieun merusak kesenangannya kini wanita itu dengan berani menyuruhnya menutup pintu yang bahkan jaraknya saja lebih dekat dari tempat wanita itu berdiri daripada dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!