2002; 12

313 96 9
                                    

"Taehyung, kita masih teman kan?"

Kalimat itu mengalun bersamaan dengan suara bising kembang api dari luar rumah. Malam ini tepat perayaan tahun baru dan juga pergantian semester bagi keduanya.

Keduanya hanya menyaksikan petasan itu di sofa ruang tv yang posisinya diatur ulang oleh Taehyung sebab gadis di sampingnya itu terus merengek agar bisa menyaksikan malam pergantian tahun. Sebenarnya bukan hanya hal-hal kecil yang dilakukan Taehyung untuk Jieun, tetapi banyak hal yang dilakukan pria itu untuk Jieun.

Sudah tiga bulan sejak mereka mendaki gunung, pun sudah tiga bulan sejak hati Jieun patah dan dunianya seakan runtuh. Sejak hari itu, ia banyak mengandalkan Taehyung. Menghabiskan waktu dengan pria yang juga merupakan teman dan satu-satunya orang yang ada di rumah yang sama dengannya.

Taehyung sejenak menolehkan kepalanya ke arah Jieun, mengisi penuh padangan matanya oleh sosok gadis yang kini masih memusatkan fokus netranya pada beberapa kembang api di luar jendela.

"Kau sudah sembuh?"

"Aku bahkan tidak sakit." Jawab Jieun, namun matanya masih memperhatikan warna kembang api yang begitu cantik di langit sana.

Keduanya sudah menghabiskan malam ini di sofa, menunggu pergantian tahun dengan sesekali bercerita atau bahkan menjahili satu sama lain. Bersandar pada bagian belakang sofa dan menengadah ke arah jendela berdampingan tanpa sepatah kata pun ketika detik-detik tersisa untuk pergantian tahun.

"Hatimu." Ujar Taehyung.

Ia berdiri, mengangkat bokongnya dari sofa namun ditahan oleh telapak tangan Jieun yang melingkah pada pergelangan tangannya. Kembali duduk dengan posisi semula.

"Kau sudah janji kan mau menemani aku melihat kembang apinya sampai habis?"

Taehyung berdehem pelan. Mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. Kembali memfokuskan indera penglihatannya pada cahaya yang tengah bertebaran diluar sana. Dirinya sudah mengantuk sejak beberapa puluh menit lalu, tentu saja bukan tanpa alasan. Belakangan ini Taehyung selalu tidur larut malam karena menyelesaikan beberapa laporan organisasi yang diketuainya.

"Ji, aku ingin pindah rumah.."

Jieun menatap kaget sosok di sampingnya. Tentu saja dengan kerutan di dahinya. Posisi duduknya yang tegak serta satu kakinya yang sudah naik ke atas sofa.

"Rumah ini?"

Taehyung terkekeh. "Bukan rumah sungguhan, Ji."

"Lalu?"

"Aku harus tanya, rumahku sudah benar-benar kosong atau tidak ya?"

"Hah?"

Jieun total tak paham dengan apa yang diutaran Taehyung. Arah pembicaraan pria itu atau sesuatu yang baru saja pria itu sebut 'rumah'.

Matanya mengerjap beberapa kali, menatap sesosok pria yang masih duduk bersandar di samping kanannya. Tak banyak gerakan yang dilakukan Taehyung, pria itu hanya menjadikan tangannya sebagai tumpuan di belakang dan pandangannya lurus ke depan.

"Memang rumah yang mau kau tinggali itu sudah ada penghuninya?"

Kalimat itu akhirnya diucapkan Jieun dengan ragu, tangannya ia tumpukan pada paha dan dagunya kini bertumpu pada telapak tangannya. Memainkan alisnya sesekali untuk menunggu jawaban Taehyung.

"Sudah pergi tiga bulan lalu. Tapi, kalau disana masih ada barang-barang penghuni yang lama, bukannya aku tidak boleh asal tinggal ya?"

"Taehyung, maksudmu apa? Rumah seperti apa?"

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang