Ini hari ketiga Beomgyu tidak masuk sekolah. Jieun tahu mental anaknya sedang terkoyak hebat akibat kemunculan Taehyung beberapa hari lalu di restoran miliknya secara tiba-tiba.
Setiap malam Jieun selalu berada di kamar Beomgyu, menemani anak tunggalnya itu dengan belaian kasih sayang tulus khas seorang ibu. Meski gurat khawatir di wajahnya tak bisa ia tutupi, Jieun memaksakan untuk tersenyum kapan pun Beomgyu menaruh fokus indera penglihatan padanya.
Sejak hari itu beberapa kali Jieun membujuk anaknya itu untuk di menemui kenalannya yang seorang psikolog. Namun Beomgyu menolak mentah-mentah dan berujar jika dirinya hanya terlalu lelah karena beberapa minggu lalu ia terlalu memporsir dirinya untuk kegiatan sekolah.
Tak ada yang bisa Jieun lakukan selain mengiyakan perkataan Beomgyu. Karena jika ia memaksa, anaknya mungkin akan semakin hancur bahkan tak akan bisa ia selamatkan lagi.
"Gyu besok mau sekolah." Ujar remaja laki-laki berusia 17 tahun itu.
Jieun yang masih mengelus penuh sayang pucuk kepala anaknya itu lantas berujar dengan lembut serta nada keibuan yang sangat menghangatkan.
"Memangnya sudah enak badannya? Ini masih panas, lho."
"Ma, Gyu nanti ketinggalan pelajaran." Ketus Beomgyu.
"Kan bisa minta catatan Soobin. Mama juga sudah bilang."
Lantas di sampingnya Beomgyu hanya menghela napas pasrah. Memang dirinya dijadwalkan beristirahat selama lima hari, tentu saja sisa dua hari yaitu besok dan lusa sebagai jadwalnya beristirahat.
"Lusa kita jalan-jalan, deh."
Beomgyu kini menatap mamanya dengan antusias. Bagi anak yang suka sekali di luar rumah dan bepergian, tentu saja berdiam diri di rumah selama lima hari sangat membuatnya bosan. Meski semua fasilitas di rumahnya begitu lengkap dengan video game keluaran terbaru yang dibelikan sang mama sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-17 kemarin.
"Kemana, ma?"
"Gyu maunya kemana?"
"Gyu mau menonton festival musik di pantai, ma. Boleh?"
Jieun mengangguk. "Boleh, kamu beli tiketnya ya? Nanti mama yang bayar."
Setelahnya hanya ada suara teriakan Beomgyu yang mendominasi, mengalahkan denting suara jarum jam yang memecah keheningan pada jam 10 malam.
"Ma, mungkin ini bisa membuat Gyu cepat sembuh. Jadi Gyu mau pengakuan dosa sama mama."
Jieun di sampingnya terkekeh ringan. Entah kesalahan apa yang dibuat anaknya hingga buah hatinya yang sudah menginjak remaja itu menyebutnya sebagai 'pengakuan dosa' .
"Apa? Kamu gak lagi berkencan dengan seorang gadis dan selingkuh, kan?" Ujar Jieun dengan nada usil.
"Ih, mama apasih." Elak Beomgyu seraya mencubit singkat lengan sang mama.
"Lalu apa? Apa yang kamu perbuat sampai harus bilang itu adalah dosa, huh?"
Di sampingnya, Beomgyu menegang. Jantungnya abnormal dengan denyut yang begitu kentara. Serta tangannya yang terasa basah akibat keringat yang tanpa ia sadari keluar dari pori-pori telapak tangannya. Beomgyu gugup.
Seakan sisi lain dari dirinya tengah bertanya pada otaknya. Apakah keputusannya tepat? Apakah harus ia membahas ini lagi setelah beberapa hari lalu keduanya sepakat untuk tidak membahas? Persetan dengan semuanya, ia harus menceritakan ini pada sang mama.
"Gyu bohong sama mama."
Jieun terkejut kala mendengar kalimat anaknya. Memang benar belakangan ini setelah Soobin dirawat di rumah sakit dan anaknya itu sering kesana, Beomgyu memang sedikit berubah. Lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamarnya dan membalikkan foto keluarga yang ada di kamarnya tanpa memberitahu alasannya pada sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!