Suasana bandara saat itu tengah ramai hingga Jieun memusatkan pandangannya ke arah depan. Kepada sosok pria tinggi dengan seragam maskapai penerbangan yang sudah hampir 3 tahun mengantarnya untuk keluar negeri karena alasan pekerjaan.
Ingatannya kembali saat bagaimana pertama kali ia mengenal sosok Taehyung, sosok pria yang terlihat gagah dengan seragam putihnya.
Saat itu tepat tiga tahun yang lalu, keduanya bertemu di tempat yang sama. Jieun yang tengah terburu-buru menaiki pesawat dan Taehyung yang juga terburu-buru masuk ke dalam pesawat yang akan ia kemudikan. Hingga tanpa sadar koper keduanya tertukar karena memiliki ukuran dan merk yang serupa.
"Aku di Perth, kau dimana?" Itulah kalimat pertama yang Jieun ucapkan kala dirinya mendapat kontak Taehyung dari pihak bandara.
"Oh? Aku juga di Perth, sebelah mana?"
"Nanti aku kirim lokasinya."
Art gallery of western Australia akhirnya menjadi saksi bagaimana dua manusia itu bertemu dan berbincang untuk pertama kalinya secara pribadi. Bukan sebagai pilot dengan penumpangnya, melainkan sebagai sosok Taehyung dan Jieun.
"Taehyung."
Jieun terkekeh pelan, menerima jabatan tangan Taehyung singkat dan kembali duduk di bangku panjang di depan museum.
"Jieun." Ujarnya seraya terbatuk ringan.
Perth hari itu tengah diterpa banyak angin yang mengharuskan keduanya memakai syal atau pakaian hangat.
"Aku tadi buru-buru, jadi asal ambil koper saja."
"Aku juga, maaf ya." Jawab Jieun.
Keduanya berdiam cukup lama, entah perbincangan apalagi yang harus diutarakan mereka. Mungkin karena ini adalah pertemuan pertama dan rasanya seperti tengah berkencan buta.
Jieun merutuki dirinya sendiri. Memaki singkat kenapa ia harus ceroboh sampai segininya. Sementara Taehyung tak banyak merutuki diri, pria itu terkesan santai dengan menganggap mungkin ini adalah sebuah takdir yang bukan cuma sebuah kebetulan tapi memang sebuah kejadian yang harus ia alami.
"Kau suka ke museum?" Ujar Taehyung seraya mengedar tatap, melihat betapa megahnya bangunan di depannya.
Jieun mengangguk. "Aku suka seni."
Taehyung mengangguk beberapa kali. Dirinya juga menyukai seni, bahkan beberapa kali ia mengunjungi museum dengan keluarganya yang juga pecinta seni.
"Sudah lama?"
Jieun terkekeh pelan kala sosok itu sudah berjarak beberapa centimeter dari tempatnya duduk. Seorang pria yang siap melakukan perjalanan selama beberapa hari untuk terbang ke Spanyol.
"Kau sengaja ya ambil penerbangan kesana?"
Taehyung mendecak sebal meski tangannya sudah mengisi sela-sela jemari Jieun yang nampak sangat pas disana.
"Pekerjaan, sayang. Sekalian mengantar kekasihku sampai ke tujuannya dengan selamat."
Jieun ikut terkekeh setelah ia membuat raut wajah ingin muntah mendengar pernyataan Taehyung.
"Tahun depan kan kita menikah, mau dimana?"
Jieun merasa dadanya tengah ditimpah beberapa batu besar. Pertanyaan yang sudah sering diajukan Taehyung itu sepertinya bukan sesuatu yang bagus untuk dibicarakan, terlebih orang tua Taehyung seperti tidak suka dengan hubungan keduanya.
Jieun berpikir seperti itu bukan tanpa alasan setelah beberapa bulan lalu ia dibawa ke rumah Taehyung dan diperkenalkan dengan keluarganya. Jieun tahu, saat itu Taehyung akan dijodohkan oleh keluarganya. Seorang wanita anggun dengan keluarga terpandang yang tak pernah Jieun tahu sosoknya seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!