Blue & Grey; 8

335 110 13
                                    

Jieun memasuki gerbang sekolahnya, sedikit berlari menuju kelasnya dan mengabaikan beberapa orang yang berhenti untuk menyapa dan memberi selamat kepadanya. Benar, Jieun memenangkan olimpiade fisikanya di Jepang. Membawa piala kebanggan, hadiah dan juga rasa bangga.

"Jieun kenapa masuk? Kita kan baru sampai subuh tadi. Padahal Ibu sudah memberi surat dispensasi untuk hari ini."

Langkah Jieun terhenti, guratan senyumnya berbeda dengan yang sebelumnya serta air wajahnya yang seperti dipaksa ceria berhadapan dengan sosok yang ia tahu.

"Ah iya bu, saya khawatir dengan pelajaran selama tiga hari ini. Takut tertinggal." Ujar Jieun. Setidaknya ia sudah menahan rasa ingin menjambak gurunya ini saat mereka berada di Jepang.

"Ya ampun, padahal bisa pinjam dengan teman sekelasmu." Kekeh Sunhee.

Wanita setengah baya itu melirik jamnya singkat seraya kembali berujar. "Yasudah, sana ke kelas. Lima menit lagi masuk lho."

"Iya bu." Jieun membungkuk singkat, membiarkan wanita itu berlalu dari pandangannya.

Setelah berlari dari dari lantai satu akhirnya Jieun sampai di kelasnya. Ia memasuki kelasnya itu diiringi dengan sorak sorai teman-temannya yang menyambutnya sangat bangga. Serta Nara dan Bora yang menghambur ke pelukan Jieun.

Namun Jieun hanya diam di tempat, menatap bangku di dekat jendela itu kini kosong. Kemana Taehyung? Apa dia belum datang? Sengaja terlambat kah?

"Jieun kenapa diam? Kau pasti capek, ya?" Adalah kalimat Nara yang berhasil membuat Jieun tersadar dan terkekeh pelan seraya membalas pelukan kedua sahabatnya itu.

"Kalian berlebihan sekali." Kekeh Jieun diikuti dengan teriakan teman-temannya yang kembali mengucapkan selamat.

Jieun sudah duduk di bangkunya, juga dengan semua teman kelasnya yang kini sudah berada di tempat masing-masing. Sementara itu Jieun masih melirik kearah meja Taehyung dan sesekali melirik kearah pintu. Taehyung tak pernah telat; itulah yang diingat Jieun selama menjadi teman sekelasnya selama dua tahun.

Kelas sudah dimulai kurang lebih 2 jam yang lalu. Sementara Jieun masih melirik kearah bangku Taehyung yang masih belum terisi. Jieun mengangkat tangannya kala melihat sosok Jimin melewati kelasnya.

"Iya, Lee Jieun?"

Jieun menurunkan tangannya dan berujar pelan. "Saya izin ke toilet, pak."

Setelah mendapat izin ia bergegas keluar, berlari menuju ke arah toilet. Arah dimana ia melihat Jimin pergi kesana.

"Lee Jieun?" Ujar Jimin setelah mendapati sosok Jieun berada di depan toilet pria.

"Kemana Taehyung?"

Jimin nampaknya tidak mengerti arah pembicaraan atau apa yang dimaksud gadis yang sudah menyisir rambut dengan jari-jarinya.

"Dia tidak masuk?"

Jieun menggeleng pelan. "Kau temannya saat SMP kan? Berikan aku alamat Taehyung."

Jimin kembali mengerutkan dahinya. "Kau mau kesana?"

Jieun mengangguk.

"Kalian berkencan?"

Belum sempat Jieun menjawab, keduanya sudah tertangkap basah oleh seorang guru piket yang tengah mengawasi koridor-koridor sekolah.

Jieun dan Jimin mengambil langkah berbeda; Jieun yang memasuki toilet wanita dan Jimin yang berjalan menuju kelasnya.

..

Jieun mengamati sebuah rumah sederhana yang ia yakini sebagai rumah Taehyung. Setelah mendapat alamat rumah Taehyung yang dikirimkan oleh Jimin melalui pesan singkat, Jieun segera kesini meninggalkan sekolah, pelajaran bahkan tasnya yang masih berada di kelas.

-VIU SERIES-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang