Jieun berlari dari kamarnya saat mendengar suara Taehyung yang tengah memuntahkan isi perutnya di wastafel kamar mandi. Tak peduli jika sebelah rambutnya masih belum kering atau tak peduli dengan atasan piyama yang masih ia kenakan sebelum berganti pakaian untun pergi ke kampus.
Jieun total diam di ambang pintu melihat sosok Taehyung tengah kewalahan, menguras isi perutnya hingga kosong dengan kedua tangan yang berpegang pada bibir wastafel. Pria itu sudah kehabisan tenaga.
"Taehyung, kenapa?"
Jieun akhirnya bertanya kala Taehyung sudah membasuh wajahnya. Meski masih berpegang pada bibir wastafel dan mengulurkan tangannya ke arah Jieun.
"Badanmu panas, Taehyung." Ujar Jieun kala ia akhirnya harus membopong tubuh Taehyung membawanya ke dalam kamar.
"Diam di kamar ya? Nanti aku buatkan bubur dulu."
Tak banyak bersuara, Taehyung sudah benar-benar kehabisan tenaga. Pening serta mual yang dirasakannya seolah menghabiskan energinya meski masih pagi.
Jieun bergegas menuju dapur, mencari bubur instan yang sialnya tidak ada disana. Tentu saja mereka tak pernah menyimpan bubur instan sebagai stock bahan makan pokok. Kedua tangannya sibuk mencuci beras sebelum ia beralih untuk menyiapkan bumbu dan bahan lainnya.
Satu hal yang membuat Jieun panik adalah wajah Taehyung yang pucat dan pria itu sangat diam dari biasanya. Tak banyak bicara bahkan tak menjahilinya sedikitpun.
"Kau demam Taehyung." Ujar Jieun ketika dirinya berhasil mengukur suhu tubuh Taehyung dan menampilkan angka 39°C disana.
Di depannya Taehyung tak bergeming. Pria itu sudah terlelap dalam tidurnya dengan tubuh yang menggigil. Jieun kembali ke dapur, mengambil bubur serta sup yang ia buat. Membawanya ke kamar Taehyung dan kembali ke dapur untuk membawa kotak obat serta segelas air putih.
"..Taehyung.."
Jieun memanggil pria di depannya, menggoyangkan tubuhnya pelan untuk membangunkan Taehyung. Butuh beberapa menit hingga akhirnya Taehyung terbangun.
"Bisa duduknya?"
Taehyung hanya mengerjap singkat. Tenggorokannya terasa begitu kering karena suhu tubuhnya yang sangat panas.
"Ayo aku bantu." Ujar Jieun.
Tubuh Taehyung akhirnya diangkat dengan susah payah oleh Jieun. Jika saja Jieun pertahanan kakinya tak kuat, mungkin ia malah akan terjatuh diatas badan Taehyung.
Sedikit demi sedikit akhirnya Taehyung mau memakan bubur meski terasa pahit dan indera perasanya seolah tak berfungsi. Matanya sesekali melirik Jieun yang menyendok bubur sebelum disuapkan pada mulutnya.
"Ji, sana berangkat. Nanti telat." Lirih Taehyung.
Jieun masih tak bersuara meski matanya sedikit melirik jam tangannya. Tepat empat puluh menit lagi kelasnya akan dimulai dan dirinya masih belum siap sama sekali.
"Habiskan dulu buburnya, baru aku berangkat."
"Tiga suap lagi, boleh?"
"Sepuluh."
"Lima, yaa?"
"Bubur buatanku tidak enak?"
"Yasudah, sepuluh suap." Pasrah Taehyung.
Akhirnya ia kembali menerima suapan Jieun, entah berapa suap yang diberikan Jieun hingga mangkuk itu akhirnya kosong. Benar-benar kosong hingga menimbulkan senyum merekah pada bibir Jieun.
"Minum obat, dulu ya?"
Taehyung mengangguk, menerima obat penurun panas yang diberikan Jieun dan meminumnya tanpa protes.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!