Kaki jenjang yang tadinya tengah berlari kini memperlampat temponya bersamaan dengan degup jantung yang kian terpacu sangat kencang. Energinya seolah terkuras habis untuk berlari beberapa puluh meter untuk sampai pada sebuah halte bus yang cukup jauh.
Sepanjang jalan hanya ladang dan beberapa pemukiman warga yang rumahnya berjarak cukup jauh dari rumah lainnya. Hanya ada beberapa kedai dan sebuah toserba yang kini bersebrangan dengan halte bus yang menjadi tempat singgahnya.
Kim Taehyung, pemuda yang sudah menentukan pilihannya beberapa puluh menit lalu ini kini bersimpuh pada kursi halte. Mengatur napas dan detak jantungnya serta memasok oksigen sebanyak mungkin.
Beberapa puluh menit lalu, Kim Taehyung berjalan keluar dari kamar Jieun. Menatap sosok Dohyun yang sudah berdiri di depan pintu itu entah sejak kapan.
Mata lelaki itu menatapnya penuh harap, Taehyung tahu ada sebuah harapan yang Dohyun percayakan padanya.
"Kak-kakak jang-jangan pergi." Lirih Dohyun pada akhirnya.
Taehyung tak tahu harus berkata apa, bahkan pikirannya tak bisa ia ajak kerjasama sedikitpun untuk memikirkan respon apa yang cocok untuk ia berikan pada Dohyun.
"Kak-kakak.."
Langkah kaki dari belakangnya kini membuat Dohyun terdiam, matanya menangkap sosok di belakang Taehyung. Bibirnya yang tadi sempat ingin ia buka untuk mengutarakan sesuatu pada Taehyung harus ia urungkan.
Taehyung sadar, Jieun pasti tengah memberi isyarat pada Dohyun atau entah apa yang dilakukan wanita itu di belakangnya yang jelas kini ia harus segera pergi sebelum wanita itu mengubah keputusannya.
"Kakak pergi dulu untuk membawa bantuan. Nanti kakak kembali lagi dan menyelamatkan adek, ya?"
Dohyun mengangguk ragu kala ia melihat Jieun semakin mendekat ke arah Taehyung. Matanya menangkap sebuah kilauan cahaya yang memantul pada sebuah pisau yang dibawa Jieun. Pikirnya, sang kakak akan menghabisi pria itu saat itu juga.
Hingga pisau itu benar-benar mengenai lengan Taehyung dan membuat darah segarnya menetes dengan bebas pada lantai di depan kamar Jieun.
"Aku pikir kau tidak akan melakukan hal ini di depan adikmu." Ujar Taehyung setelah menyadari tangannya terluka cukup parah.
Jieun terkekeh pelan, berjalan mendekat ke arah Taehyung sebelum dirinya membawa Dohyun ke kamarnya.
"Kau harus terlihat seperti seorang sandera, Lee Taeyong." Bisik Jieun.
Saat itulah Taehyung melarikan diri dari rumah Jieun, berlari sekencang dan sekuat tenaga mungkin hingga ia berakhir disini.
Kini matanya menatap sebuah telepon umum yang berada di sana, seraya merogoh seluruh saku celana dan pakaiannya Taehyung menghela napas gusar karena tidak menemukan satu pun koin.
Hingga matanya terbuka lebar kala melihat sosok Dohyun kini berada sekitar 5 meter dari tempatnya berdiri. Untuk apa anak itu menyusulnya?
"Kak-kakak!!" Teriak Dohyun.
Taehyung dapat melihat anak laki-laki itu membawa sebuah botol minum yang dikalungkan di lehernya, serta sebuah benda berbentu persegi panjang yang ia ketahui sebagai ponsel.
"Dohyun? Kenapa menyusul kakak? Pulang ya? Ayo kakak antar." Ujar Taehyung ketika Dohyun baru saja menginjakkan kaki tepat di depannya.
Dohyun menggeleng beberapa kali, anak lelaki itu mengambil botol minumnya dan memberikannya pada Taehyung.
"Adek kabur dari kak Jieun?" Tanya Taehyung.
Dohyun menggeleng pelan, ia kembali menyodorkan botol minum itu pada Taehyung hingga akhirnya pria di depannya itu meminum hampir setengah dari isi botolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!