"Tinggal Taehyung nih, ayo nak coba dulu tuxedo-nya. Kalau tidak pas nanti biar tante tukar."
Suara yang mengalun begitu sopan nan lembut itu berhasil membuat Taehyung yang sedari tadi memperhatikan banyaknya setelan jas pria disana kembali membawa kesadarannya ke permukaan. Tempat ini bahkan tak termasuk ke dalam daftar tempat yang akan ia kunjungi.
Seumur hidupnya, setelah sang mama pergi. Setelah semestanya harus kembali ke pangkuan Tuhan. Taehyung tak pernah memikirkan pernikahan. Ikatan yang begitu suci di hadapan Tuhan itu tak pernah ada di dalam pikirannya.
Taehyung dibesarkan hanya dengan harta dan minim sekali kasih sayang. Tahun ke tahun, bulan ke bulan bahkan hari ke hari papanya hanya akan mengirimkan uang berpuluh-puluh juta agar ia bisa hidup. Merasakan hangat bukan dari pelukan melainkan dari pemanas ruangan. Membuatnya merasa di dengar bukan oleh telinganya sendiri melainkan melalui ponsel mahal. Merasakan diperhatikan begitu hebatnya bukan dari tangan papanya sendiri melainkan dari seorang perawat yang akan dengan senang hati merawatnya karena sudah dibayar puluhan juta.
Itulah kenapa Taehyung tumbuh sebagai pria dingin yang tak paham akan perasaannya sendiri. Ia bahkan harus menjalani terapi beberapa tahun hanya untuk membedakan perasaan yang ia rasakan.
Taehyung tak pernah tak bersyukur dilahirkan di keluarga yang begitu berada. Bahkan lebih dari cukup dengan harta belimpah.
"Ayo masuk nak Taehyung. Ini tuxedo-nya."
Taehyung tersenyum. Matanya menatap satu pasang pakaian formal yang baru kali ini berada di tangannya. Pikirnya, ia tak akan pernah memakai pakaian seperti ini seumur hidupnya.
Setelah memakai tuxedo, Taehyung menatap pantulan dirinya di cermin. Menatap cukup lama bayangan dirinya yang ada disana.
Dulu hidupnya selalu tertata. Ia bahkan sempat memimpikan untuk menikahi salah satu teman sekolahnya. Pernikahan seperti yang ia dengar dari mendiang mamanya atau dari salah satu adegan film.
Tok..
Tok..
Tok.."Sebentar." Ucapnya seraya mengenakan jasnya.
Taehyung berjalan singkat, membuka kunci ruang ganti dan mengeluarkan sedikit kepalanya.
"Hallo, Mr.Kim?"
Dengusan terdengar dari arah Taehyung dengan bola mata malasnya yang bergulir singkat. Kembali menarik kepalanya masuk ke dalam ruang ganti dan menutup pintu kembali.
"Apa sopan seperti itu?"
Sekali lagi dengusan terdengar begitu ketara dari dalam ruangan. Setelah satu tarikan napas beratnya, Taehyung membuka sedikit pintu ruang ganti dan memberikan celah bagi Jieun untuk kepalanya masuk ke ruang ganti.
"Ada apa?"
Jieun terkekeh pelan, memperhatikan bagaimana Taehyung menatapnya hingga kerutan yang berada di dahi pria yang kini sedang membuka satu persatu rompi yang tengah dikenakan.
"Aku disuruh membantumu memilih tuxedo."
Mata Taehyung kembali menatap malas sosok Jieun yang kini dapat ia lihat tengah memperlihatkan barisan giginya serta suara kekehan begitu pelan di ambang pintu. "Kau bisa memilihnya di lantai bawah."
Suara kekehan itu kembali terdengar serta bola mata Jieun yang ikut turun ke arah kemaluan Taehyung hingga ia berujar pelan. "Maksudku membantu yang disana, Mr.Kim."
..
Tiga minggu mungkin waktu yang tepat untuk keduanya saling merindu dan merasa kehilangan. Meski tidak ditunjukan secara langsung tapi ciuman yang tengah berlangsung panas serta penuh akan rasa saling enggan melepaskan ini sudah menjadi bukti jika kedua insan yang berada di dalam ruangan ganti ini saling merindukan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!