"Selamat siang, Gloumy Resto. Ada yang bisa kami bantu?"
Jieun diam sejenak, melirik gagang telepon yang berada tepat di genggamannya. Memainkan bibirnya singkat lantas bergumam pelan.
"Panggilan iseng, kah?"
"Halo?"
Jieun masih menunggu beberapa detik hingga ia memutuskan untuk menutup panggilan tersebut. Kini pandangannya tertuju pada beberapa meja yang sudah mulai terisi.
Restoran yang dibangun Jieun memang memiliki letak yang sangat strategis. Beberapa perusahaan besar dan salah satu universitas berada tak jauh dari restorannya, juga sebuah taman kota yang hanya berjarak beberapa kilometer.
Lantas Jieun kembali sibuk, mengecek beberapa menu dan juga bahan makanan yang ada di dapur.
"Bu, ada telepon." Ujar Yumi, salah satu pegawai yang kerja di restoran Jieun.
"Angkat saja, mungkin pesanan atau sewa tempat."
Yumi mengangguk singkat, mengikuti perintah atasannya itu.
"Bu, ini mau bicara dengan pemilik restorannya."
Jieun menoleh singkat, berjalan cepat menuju meja kasir.
"Siapa?" Tanya Jieun.
"Tidak tahu bu, katanya ingin memesan beberapa launch box tapi ingin melalui ibu."
"Padahal kan sama saja." Gerutu Jieun.
"Yang menelpon pria, bu. Mungkin salah satu pria yang naksir ibu." Goda Yumi seraya terkekeh pelan.
Jieun hanya bergidik, melirik Yumi dengan tatapan galak yang dibuat-buat. Hingga akhirnya ia memegang gagang telepon itu.
"Halo?"
"Gloumy restoran, ada yang bisa kami bantu?"
Tak ada jawaban dari sana. Hanya sedikit suara samar yang bahkan tak bisa didengar oleh Jieun.
"Halo?"
"Ah, iya halo? Ada yang bisa kami bantu, bu?"
"Saya ingin memesan 300 launch box untuk lusa. Bisa?"
"300, ya?"
"Benar, bu."
"Untuk menunya apakah ibu yang pilih atau sesuaikan dari kami saja?"
"Dari ibu saja. Untuk anak-anak usia 9 tahun ya, bu."
"Untuk nama pemesannya, dengan siapa?"
Jieun menjeda gerak bolpoinnya pada kertas. Menunggu sedikit cukup lama untuk jawaban dari pertanyaannya beberapa puluh detik yang lalu.
"Nama pemesannya Lim Yuna. Lusa akan saya ambil."
"Ah, baik. Sudah saya tulis pesanannya. Silahkan transfer uang muka terlebih dahulu agar pesanannya bisa kami proses." Jelas Jieun.
"Baik, bu. Terimakasih banyak."
Setelah panggilannya terputus, Jieun menghela napas. Memikirkan menu apa yang akan ia sajikan untuk anak-anak kisaran umur 9 tahun.
"Kenapa bu?" Tanya Yumi.
Jieun mendengus pelan. "Menu untuk anak-anak usia 9 tahun yang enak apa, ya?"
"Waktu Beomgyu umur 9 tahun ibu masak apa?"
"Tapi kan itu tidak ada di menu kita." Gumam Jieun pelan.
"Tidak apa-apa, bu. Menu spesial karena sudah pesan banyak." Ujar Yumi lagi seraya terkekeh.
Dari kelima pekerja di restoran Jieun, ia memang lebih dekat dengan Yumi. Bukan hanya sebagai pekerja pertama dan paling lama, tapi Yumi juga sudah Jieun anggap sebagai adiknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!