Ruang rapat sebuah divisi kejahatan tingkat 1 ini tengah disibukkan dengan beberapa polisi yang berlalu lalang untuk sekedar menyeduh kopi instan atau mengambil air minum guna memenuhi kebutuhan cairan untuk tubuh mereka. Setelah berkumpul sejak pukul 6 pagi ini, kelima anggota kembali memeriksa dokumen mengenai Coninín yang baru saja berulah kembali sejak ditemukannya mayat bermarga Lee dengan ciri khas yang sama dini hari tadi di sebuah sungai.
Yoongi yang kali ini memimpin rapat karena sang ketua; Kim Taehyung tak bisa dihubungi sejak semalaman membuatnya harus kembali ke kantor dan kembali memajukan jam bangunnya.
"Saksi sudah ada di ruang interogasi?" Tanya Yoongi.
Namjoon yang baru saja memasuki ruangan itu dengan membawa dua gelas kopi kemudian mengangguk. "Sudah, hyung."
"Kau bisa menginterogasinya, Joon?"
Namjoon berpikir singkat, memeriksa catatan kesaksian yang sempat diambil oleh polisi patroli beberapa jam lalu setelah sampai di lokasi kejadian.
"Identitas korban sudah diselidiki hyung?"
Yoongi mengecek ponselnya, pasalnya saat berada di lokasi kejadian dirinya meminta tim otopsi segera menghubungi dirinya jika sudah mendapatkan hasil.
"Belum."
"Apa kita tidak tunggu saja sampai tim otopsi memberi kabar? Juga, seraya menunggu Taehyung."
Yoongi mengangguk. Pria itu kini bangkit dari duduknya, berjalan kearah Namjoon dan berbisik pelan. "Temani aku merokok di atap."
Setelahnya matanya beredar tatap pada keempat pria yang menatap mereka. Tersenyum kaku kala ia kembali bersuara. "Kalian periksalah beberapa dokumen dan catatan terbaru mengenai Coinín. Dua diantara kalian bisa mengawasi di ruang interogasi dan dua lainnya menunggu Taehyung disini."
Keempat pria itu mengangguk bersamaan dengan Yoongi dan Namjoon yang sudah berjalan keluar.
"Hyung, kau serius mencurigai Taehyung?"
Suara itu terdengar bersamaan dengan kumpulan asap yang berasal dari rongga mulut Min Yoongi; pria berkulit pucat dengan rambut hitam yang terlihat agak berantakan.
Yoongi menyandarkan badannya, kembali menghisap gulungan tembakau itu sebelum akhirnya angkat bicara.
"Kau belum menyadari, ya?"
Namjoon memilih untuk mendengarkan penjelasan seniornya tersebut. Menurutnya, siapa tahu yang diucapkan Yoongi ada benarnya. Karena prinsip seorang detektif adalah untuk tidak percaya pada siapapun termasuk rekannya sendiri.
"Setiap malam kejadian mayat korban Coinín ditemukan, bukankah Taehyung selalu tak bisa dihubungi? Bahkan paginya dia selalu telat datang ke kantor."
Yoongi kembali menghisap batang rokoknya sebelum mematikan puntung rokok itu dan melemparnya pada sebuah tempat sampah alumunium yang berada tak jauh darinya.
"Tidak seperti kasus lainnya. Temanmu itu selalu stand by ponselnya 24 jam, bahkan selalu datang ke tempat kejadian. Aneh, bukan?"
Namjoon terdiam, bahkan puntung rokok yang kini berada pada sela jarinya sudah tertiup angin hingga membuatnya semakin memendek.
"Hyung, tapi tidak mungkin."
Setelah mematikan rokoknya, Namjoon berujar dengan serius ke arah Yoongi.
"Aku tahu betul bagaimana Kim Taehyung, hyung. Bahkan dia bersikeras menangkap sosok Coinín yang selama ini menjadi misteri di kota tempat kita tinggal."
"Bukankah tidak heran jika terobsesi dengan diri sendiri, Namjoon?"
..
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!