"Kamu dimana? Bisa ketemu bunda?"
Jieun bangkit dari tempat dirinya duduk. Menilik sekali lagi nama yang tertera pada layar ponselnya. Jelas itu adalah nama kontak ibu mertuanya.
Seingatnya terakhir kali ibu mertuanya menelpon adalah beberapa bulan lalu saat Beomgyu berulang tahun dan saat itu ia dan bunda hanya berbicara singkat untuk bertukar kabar. Selebihnya bunda lebih banyak berbicara dengan Beomgyu daripada dirinya.
"Jieun di rumah, bunda."
"Ketemu bunda sekarang."
Jieun mengangguk meski ia tahu tak ada yang melihat. "Iya bunda."
"Kamu sendiri saja, jangan ajak Beomgyu. Bunda hanya ingin bicara sama kamu."
"Iya bunda."
"Nanti bunda kirim alamatnya." Adalah kalimat terakhir yang diucapkan sang ibu mertua sebelum menutup panggilan sepihak.
Di tempatnya, Jieun sudah bersiap pergi. Meninggalkan beberapa daftar belanjaannya yang akan ia beli untuk keperluannya berjualan.
Saat itu Jieun masih berjualan kecil-kecil, menjual launch box di festival-festival taman atau membuka jasa catering untuk acara arisan dan ulang tahun.
Sudah setahun juga Jieun tinggal di rumah yang ia sewa pada seorang kenalan. Sejak kepergian Taehyung, Jieun memilih meninggalkan rumahnya yang lama dan tinggal di lingkungan baru yang tak jauh dari rumahnya yang lama.
Jieun bergegas mengambil jaket serta kunci mobilnya. Menyisir singkat dan merapihkan penampilannya. Tentu saja ia tidak mau dirinya terlihat begitu kacau dan tidak terurus di depan mertuanya. Maka Jieun memilih memakai make up tipis dengan pakaian yang begitu anggun namun tidak mencolok.
Setelah hampir 47 menit lamanya ia menyetir, petunjuk jalan yang di ponselnya itu memberitahu jika dirinya sudah sampai di lokasi tujuan. Maka Jieun menilik singkat. Melihat sebuah bangunan besar di depannya.
"Rumah sakit? Siapa yang sakit?" Gumam Jieun.
Tak ingin ambil pusing, lantas Jieun mulai menyusuri bangunan itu. Bertanya pada satpam mengenai ruangan yang baru saja dikirimkan oleh ibu mertuanya.
Setelah kelua dari lift tepat di lantai 15, Jieun berjalan lurus. Masih mengingat-ingat petunjuk yang diberitahu oleh petugas keamanan di pintu masuk tadi.
Matanya menyipit singkat setelah mendapati seseorang wanita paruh baya dengan penampilan yang begitu ia kenal sedang duduk di depan sebuah bangsal rumah sakit.
"Bunda? Siapa yang sakit, bun?"
Jieun dapat melihat raut wajah bunda yang menunjukkan ketidaksukaannya. Namun Jieun tak pernah ambil pusing, karena dirinya memang tidak memiliki kesalahan apapun selain menikahi anaknya.
"Ayah sakit?"
Wanita itu lantas menggeleng singkat. "Lihat saja sana. Jangan dibangunkan."
Setelah mendengar kalimat singkat nan ketus itu, akhirnya Jieun menuju sebuah bangsal yang baru saja ditunjuk oleh dagu mertuanya.
Ia membuka pintu perlahan, menjaga agar tidak ada suara yang bisa membangunkan seseorang yang tengah terbaring disana.
Dari tempatnya berdiri Jieun hanya dapat melihat ujung kaki pasien yang sampai saat ini ia masih belum tahu siapa. Bahkan untuk menebak itu adalah kaki milik ayah mertuanya sepertinya tidak mungkin.
Lantas kakinya mulai gemetar untuk melangkah maju menghampiri sosok yang dapat ia tebak sedang tertidur di kasur rumah sakit dengan kelas VVIP itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!