Terhitung sudah satu bulan sejak Jieun berada di sel tahanan wanita untuk masa percobaan. Nampaknya setelah sebulan berita yang menyiarkan kasus Coinín sudah cukup mereda. Rasa marah, kecewa, khawatir dan terkejut yang dirasakan masyarakat pun kini sudah cukup mereda.
Meski sejak pertama wanita itu dinyatakan sebagai tersangka dan dibawa ke sel tahanan ia sempat mendapat beberapa lemparan telur dan tomat busuk dari beberapa masyarakat. Tak ada senyum atau tubuh yang membungkuk disana, Jieun hanya berjalan masuk ke dalam mobil yang membawanya ke sel tanpa banyak berekspresi.
Semua staff yang berada di kantor penerbit tempat Jieun bekerja pun tak kalah terkejut. Selain banyak mendapat panggilan dari beberapa masyarakat, website kantor tersebut harus rela menjadi bahan para netizen untuk bersumpah serapah untuk Jieun dan mengutuk kantor tersebut karena tidak mengenal penulisnya lebih dalam.
"Bukumu bagus, aku sudah baca semua." Adalah kalimat pertama yang ia dengar hari ini.
Hanya ada beberapa tahanan yang berbicara dan bersosialisasi dengan Jieun. Entah karena mereka menganggap Jieun terlalu terhormat atau malah sebaliknya. Bahkan tak jarang Jieun mendapat perilaku bullying dari para tahanan disana.
"Ah, terimakasih." Ujar Jieun.
"Selama di penjara apakah kau masih akan menulis?"
Jieun mengangguk, ia memperlihatkan sebuah kertas dan pena yang berada di tangannya. "Aku akan menulis chapter terakhir dari semua bukuku."
"Yang artinya kau tidak akan menulis lagi?"
Jieun mengangguk.
"Kenapa kau melakukan pembunuhan tersebut?"
Kali ini Jieun menaruh pena dan kertasnya. Berpuluh bahkan beratus kali ia selalu mendengar pertanyaan seperti ini tanpa ia tanggapi.
"Kalau aku bilang jika bukan aku yang membunuh apa kau percaya?"
Wanita di depannya mengangguk, setelahnya ia menatap Jieun. "Banyak kebaikan yang telah aku perbuat, tapi karena satu kesalahan semua orang menyudutkanku hingga berakhir seperti ini."
"Seperti kita membawa segelas air putih dan juga sebuah tinta. Tapi tak sengaja tinta itu menetes pada air putih dan berubah warna."
Jieun masih menyimak dengan pena dan kertas yang masih ia letakkan diatas meja.
"Warna itulah yang nantinya akan selalu diingat oleh orang-orang. Dan menurutmu apa mereka akan menyalahkan satu tetes tinta yang jatuh itu?"
Wanita itu dan Jieun menggelengkan kepalanya bersamaan.
"Kita lah yang akan disalahkan dan selalu diingat sebagai pelaku."
Wanita itu berdiri ketika seorang opsir memanggilnya. Memijat singkat pundak Jieun sebelum melambaikan tangannya pada Jieun.
"Kau mau kemana?"
"Hukuman matiku berlangsung hari ini."
..
Sebuah tempat kejadian kini tengah didatangi oleh banyak orang termasuk masyarakat dan para awak media. Sebuah ancaman kembali menggemparkan seluruh kota Gimpo saat pagi tadi seorang mayat kembali ditemukan.
Sebuah jalur pendakian gunung dengan dedaunan yang sudah berwarna cokelat serta tanah lembab karena jejak hujan menjadi tempat mayat tersebut ditemukan oleh sepasang suami istri yang sudah berusia lanjut. Keduanya berniat untuk piknik di sekitaran area pendakian yang tak terlalu tinggi namun keduanya malah mencium aroma tak sedap dari area tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!