Beomgyu menyusuri lorong dengan bau alkohol yang begitu menyengat. Remaja yang berusia 17 tahun itu harus menunggui temannyaㅡSoobin setelah bola basket itu memantul tepat di dahinya dengan begitu keras hingga membuat dahinya berdarah.
Tangannya menyentuh singkat sebuah besi yang sengaja di pasang pada setiap dinding bangunan dengan warna yang tidak begitu mencolok mata. Tentu saja itu bertujuan agar membantu pasien dengan lanjut usia bisa berjalan sambil berpegang pada besi tersebut.
Setelah dua jam menunggui Soobin yang tak kunjung bangun, juga kedua orang tua Soobin yang sudah tiba 30 menit yang lalu dan disinilah Beomgyu berada. Menyusuri koridor rumah sakit untuk berjalan-jalan. Dalam hatinya, ia akan menertawai temannya itu ketika sudah sadar nanti.
Jangan heran, Soobin dan Beomgyu kerap kali berkelahi seperti saudara kandung dan akan berbaikan setelah 30 menit.
Napas Beomgyu ia tahan dengan tangannya bersamaan bibirnya yang perlahan turun. Membentuk huruf O yang begitu lebar serta langkah kakinya yang ia ubah dengan mengendap-endap. Seperti sedang memata-matai sesuatu.
"Papa?" Gumamnya pelan.
Bola matanya masih terus mengikuti objek di depannya. Sesosok pria yang sangat ia kenal tengah berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan dokter spesialis.
Kakinya masih melangkah pelan, berdiri di depan ruangan itu dan menimbang-nimbang. Haruskah ia masuk atau tidak? Haruskah ia tetap berdiri disana atau pergi? Dan haruskah ia percaya jika itu adalah papanya atau hanya seseorang yang mirip dengan papanya?
Beomgyu memilih berdiri di depan pintu. Duduk pada sofa yang tersedia disana dan menyandarkan kepalanya. Benar kata mamanya; tumbuh dewasa berarti permasalahan juga akan ikut tumbuh bersama kita.
Ia hampir bosan hanya duduk disana. Sudah hampir 30 menit dan tidak ada tanda jika pria itu akan keluar dari ruangan.
"Pasien kah? Atau dokter?" Gumam Beomgyu.
Kini dirinya memilih mengambil sebuah majalah yang ada di sisi kirinya. Majalah yang dirinya saja tidak tahu apa yang ada didalam sana.
"Kenapa kau ke ruanganku, Kim?"
Dengan segera, Beomgyu menutup wajahnya dengan majalah yang ia pegang. Meski matanya masih mengintip sedikit untuk melihat sosok pria yang baru saja di panggil dengan marga yang sama dengannya.
"Memang pasien tidak boleh berkunjung ke ruangan dokternya?"
Pria lain di depannya itu tertawa ringan. "Tentu saja, kau disini kan sebagai pasien. Harusnya aku yang ke ruanganmu."
Pria satunya ikut terkekeh.
"Dimana ruanganmu?"
"VIP-Lily no 7."
Setelah percakapan itu, kedua pria yang lebih tua dari Beomgyu itu akhirnya berpisah. Dengan seorang pria yang tertatih berjalan perlahan menuju ke arah lift.
Beomgyu masih memperhatikan pria itu. Pria yang menyeret sebelah kakinya dan berjalan susah payah.
"Lily no 7?" Gumam Beomgyu.
..
"Gimana sekolah hari ini?"
Jieun sibuk menyiapkan makan malam. Menyiapkan berbagai lauk pauk serta mangkuk yang sudah berisi nasi.
Melihat anaknya itu tidak seperti biasanya, Jieun kemudian duduk di kursi makannya. Menatap Beomgyu dengan penuh perhatian seraya memberikan beberapa lauk diatas mangkuk anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VIU SERIES-
FanfictionBerisi Long Story VIU yang lebih dari 10 sub chapter. Masing-masing chapter bisa berbeda genre. Hope y'all like it!