714. Scenario (5)

25 5 0
                                    

.

「Skenario」

»–R–I–M–«

.

Entah Raphael sudah bangun atau belum. Tidak, akan lebih pas untuk mengatakan bahwa aku tidak bisa memastikannya.

‘Apa dia mati? Kau tidak mati, kan?’

Yang paling penting adalah apa Kim Hyunsung masih hidup atau sudah mati.

Sebuah cahaya platinum besar menghalangi pandanganku. Kondisinya belum diidentifikasi dengan tepat karena pilar cahaya. Namun, setelah beberapa saat, sebuah boneka compang-camping muncul di hadapanku.

Aku tidak bisa memastikan apa itu tidak akan bergerak ataukah berhenti. Terlepas dari itu, kurangnya tindakannya meningkatkan kecemasanku.

‘Berengsek…’

“Dia mungkin masih hidup.”

Menilai endurance Kim Hyunsung, yang mencegahnya menerima kerusakan meski Thronus terus meyerangnya, tidak aneh jika dia tetap hidup.

Tidak peduli seberapa kuat merpati platinum itu, tidak terpikir olehku bahwa serangannya akan mampu menembus organ dalam Kim Hyunsung.

Mungkin itu penalaran pribadi. Tapi, bahkan dengan rasionalisasi seperti itu, aku ingin percaya bahwa Kim Hyunsung masih hidup.

‘Apa yang kau lakukan, holy swrod warrior sialan?’

Kau akan datang ke pihak kita, tapi tidak ada ancaman lain yang masuk.

Apakah ‘Bangun, warrior,’ tidak cukup? Haruskah aku membuat himne berjudul ‘Raphael Sang Holy Warrior’ untuk merangsangnya selama 24 jam?

Sementara berbagai pikiran bergetar di kepalaku, tubuhku mulai menembak ke arah cahaya yang tersebar. Aku khawatir bahwa jenis serangan yang sama mungkin terjadi.

Saat itulah penampilan Kim Hyunsung tercermin dalam penglihatanku sambil terus mengatasi pedag cahaya yang masih berdiri di sekelilingnya dengan tangannya.

Pedang platinum tertancap di sekujur tubuhnya.

“Ah…”

Itu membuatnya terlihat seperti landak.

“A-ah…”

Tindakanku lebih cepat dari pikiranku. Hal pertama yang harus dilakukan adalah bergegas mencabut pedang yang ditusukkan ke tubuh Kim Hyunsung. Bibirku sedikit kaku karena kengerian yang tak terkatakan.

Tubuhnya terbakar dengan suara berdenyut yang stabil, tidak menunjukkan gerakan sama sekali

“Bangun… Sial, bangun.”

Ini pertama kalinya aku membenci tubuhku yang rapuh, yang membuatku kesulitan mencabut pedang satu per satu. Fakta bahwa setiap pedang tertanam dalam juga menjengkelkan.

“Sial…Sial…”

Aku tidak pernah membayangkan Kim Hyunsung sekarat. Sepertinya dia mulai sedikit pusing.

Aku bahkan tidak tahu apa dia bernapas dengan benar. Tidak, tidak mungkin dia bernafas. Ada tiga pedang yang tertancap di lehernya, tapi aku akan mencabutnya. Kurasa aku harus melakukan itu.

“Jangan mati.”

Aku merasa peganganku akan terlepas. Tidak, telapak tanganku sudah robek. Tanganku mati rasa, tapi aku tidak bisa berhenti.

Meski tidak ada pedang yang menancap di kepala, rambut, dan tanduknya, tidak mengubah fakta bahwa itu adalah luka mematikan bagi manusia biasa.

‘Dia mati. Sialan.’

Lee Kiyeon [ 4 ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang