.
「Kegelapan Continent Sebenarnya」
»–R–I–M–«
Mungkin kata-kata terakhir Cho Hyejin ini yang menentukan.“Lakukan apa yang kau bisa… itu akan membantunya…”
Dia telah menemukan kesimpulan sendiri.
Bukankah orang besar pernah mengatakan jika lebah yang sibuk tidak punya waktu untuk bersedih? Dia pikir ucapan itu tepat untuknya.
Mungkin dia berpikir jika berlatih sampai mati dan tumbuh adalah satu-satunya cara untuk membalas budi padaku.
Aku tidak yakin, tapi aku mengangguk ketika melihatnya.
– Ahhhhhhhh!!!
–......
– Sialan… Sialan..
– ......
– Ahhhhhhhhhhh!
‘Oh, itu terdengar seperti pertarungan berdarah.’
Kupikir dia mungkin telah menyadari sesuatu, tapi dia pasti menyadari lebih dari yang aku harapkan. Aku tidak tahu bagaimana menggambarkannya, tapi…
Jika dia menyesal dan mencoba menebus pilihan masa lalunya.
Dia mengayunkan pedangnya sembarangan. Alih-alih belajar, dia sepertinya mengekspresikan kemarahannya.
Sudah hampir tiga hari seperti itu.
Itulah seluruh alasan kenapa aku datang jauh-jauh ke Lindel.
‘Aku penasaran apa dia benar-benar bisa mengambil kelas seperti itu.’
Aku merasa begitu karena aku tidak tahu cara berpedang, tapi Kim Hyunsung terlihat lebih kecewa. Dia mengerutkan kening seperti yang diharapkan. Dia terlihat seolah tidak menyukai Raphael sama sekali.
Tapi…
‘Dia mengajarinya lebih baik dari yang diharapkan.’
Aku melihat mereka saling berhadapan dengan tulus.
Aku juga merasa kalau Hyunsung menghadapinya dengan menyesuaikan tingkat kemampuan fisik Raphael…
Kalau Kim Hyunsung serius sejak awal, bukankah dia sudah menembus Raphael tanpa kesulitan?
Tidak seperti Raphael, yang menggunakan cahaya Holy Sword, Kim Hyunsung bahkan tidak menggunakan mana.
Dia menghadapi lawan hanya menggunakan skill dasar.
‘Dia benar-benar jenius.’
Dia bahkan tidak terlihat melakukan sesuatu dari sudut pandangku.
Kim Hyunsung menangkis pedang lawannya dengan tenang, bernapas perlahan saat pihak lain mencoba yang terbaik untuk memberinya goresan kecil.
Dia bertarung dengan gerakan terbatas.
Tak lama kemudian, Raphael terkuras.
Dia tampak kelelahan, tapi dia masih tidak melepaskan pedangnya.
Setidaknya dia bertekad.
Jika tidak, dia tidak akan
– Itu saja untuk hari ini
– Hah… Hah…
– Ini kacau dan tidak layak dikomentari. Apa kau kehilangan apa yang telah kau pelajari?
– ......
– Hanya itu yang kau punya?
– Ahhhhhhhh!!
