Ako mendatangi Zen yang berlutut di atas tanah selagi menyentuh perutnya sendiri, “Zen...!”
Zen menatap Ako dengan ekspresi khawatir lalu ia kembali bangkit secepat mungkin untuk membuat dirinya merasa lebih tenang.
“Tenang saja, aku baik-baik saja.”
“Tidak ada satupun hal yang seharusnya kau khawatirkan.”
“Lagi pula tujuan kita adalah keluar dari dalam dunia bodoh ini.”
“Hanya saja...” Zen menatap Ako yang masih mengeluarkan beberapa esensi dari kekuatan barunya itu hingga menarik banyak sekali Bystander yang muncul karena halusinasi.
Semakin dilihat hanya akan membuat mereka semakin menapak, “Ako, bisakah kau tidak menggunakan kekuatan atau semacamnya?”
“Kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya akan terjadi, hanya saja...”
“Jika kau terus memperlihatkan kekuatanku itu maka hasilnya bisa saja berakhir cukup fatal.”
“Maaf... aku lupa...”
“Hanya saja... hanya saja aku sudah bisa menggunakan kekuatan tanpa harus menerima akibat dan konsekuensinya.”
“Seharusnya aku terus gunakan saja agar kita bisa lepas dari dunia ini ‘kan?!” Tanya Ako yang terlihat seperti ingin mengakhiri semua itu.
“Percuma saja...”
“...apakah kau tidak ingat dengan apa yang Manusia itu bicarakan?”
“Sesuatu yang berasal dari luar atau bukan dari dunia ini hanya akan membuat mereka bertambah semakin kuat, itu tidak terbayangkan.”
“Tapi...!” Ako memasang ekspresi yang terlihat bersedih sampai dirinya meneteskan banyak sekali air mata.
“Aku... Aku sudah tidak bisa mengingat apapun... semuanya terasa pudar bahkan tergantikan dengan sesuatu yang baru.”
“Entah kenapa aku merasakan banyak sekali kejanggalan pada pikiranku sendiri...” Ucapnya selagi memegang dagunya sendiri.
Untungnya ia masih mengingat Zen yang sudah menemani dirinya dari awal sampai tidak pernah meninggalkan dirinya sama sekali.
Berbeda dengan yang lainnya, mereka semua mendadak pergi tanpa meninggalkan jejak apapun hingga membuat Ako tersesat dalam halusinasi.
“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan...”
“Entah kenapa... entah kenapa semua yang aku ingat mendadak membuat kepalaku merasa kesakitan...” Ucap Ako selagi memegang rambutnya dengan ekspresi ketakutan.
“Semua yang aku lihat rasanya seperti mimpi buruk... semuanya terlihat begitu nyata sampai aku hanya perlu mengikutinya dan menanggapi semua itu sebagai hal yang biasa.”
“Tidak ada jalan keluar... yang ada hanyalah kau terjebak di dalam kekosongan teror ini untuk selama-lamanya.”
“Jika kau tidak melakukan sedikit dorongan maka hasilnya... kita semua akan terjebak di dalam dunia ini.”
Zen hanya bisa diam selagi menatap Ako yang terlihat seperti kehilangan akalnya sendiri karena mencoba untuk melakukan tindakan yang sangat gegabah.
“Padahal kau seharusnya bisa merasakan keberadaan Shinobu yang tidak begitu jauh di belakang kita.”
Keheningan mulai muncul, Zen tidak mendapatkan jawaban apapun dari Ako yang hanya diam selagi memegang rambutnya dengan tatapan datar.
Menyadari adanya sesuatu yang menjanggal di otaknya, tekanan emosi bisa terpengaruh meskipun sedikit lalu melupakannya begitu saja. Mulai menunjukkan rasa tidak aman terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Boundless IV
FantasyVolume Terakhir dari Yuusuatouri [Baca chapter pertama di Mangatoon]
