Chapter 1725 - Jelmaan Mengerikan

5 2 7
                                    

Bau busuk yang sangat membuat Ako sadar. Ako berada di alam nyata di mana di hadapannya sekarang ada seorang sahabat yang sudah meninggal dunia kini muncul kembali dengan tubuh berlumuran darah.

Tubuhnya seperti berada dalam keadaan dimana ia baru saja menyelesaikan sebuah perang dengan kondisi sekarat.

Ako mencium bau yang sangat busuk dari mata yang bernanah. Kakinya terasa lembek, tak kuat untuk berdiri memapah badannya sendiri.

Terduduk Ako di hadapannya dan apa yang dapat ia lakukan hanyalah menangis tak keluar air mata, menjerit tak keluar suara dan mencoba melawan namun tak berdaya.

Matanya tertutup serapat-rapatnya. Sepuluh menit Ako pejamkan matanya sendiri, tiba-tiba…

"Ako…!!! Ako!!!” Sayup-sayup suara panggilan Zen dari setiap arah.

Ako masih di posisi yang sama, tidak bergerak walau sedikit begitu juga dengan matanya.

Pandangannya kini hanyalah kegelapan, ia membuka kembali matanya sampai merasa bersyukur, semuanya telah hilang.

Keadaan kembali seperti biasa namun tetap saja Ako masih ragu dan merasa ketakutan, takut akan sesosok itu muncul kembali dengan menyerupai Shinobu yang sudah gugur.

"Siapa... siapa sebenarnya yang mencoba untuk melakukan hal itu padaku..."

"Padahal... aku... aku tidak berniat untuk melakukan apapun..."

"Kepalaku rasanya sakit sekali... entah apa yang sebenarnya terjadi kepada diriku sehingga aku... aku tak dapat... melakukan apapun..."

Ako mulai menangis sampai wajahnya masih tetap terlihat keringat, ia menggenggam erat bunga pemberian Zen yang mulai layu sedikit demi sedikit.

Dalam hatinya sendiri Ako hanya mampu mengucapkan syukur kepada bunga itu serta Zen yang sempat memanggil dirinya entah dari mana. Rumahnya masih terasa sunyi karena selama ini memang tinggal sendirian.

Ako merebahkan kembali tubuhnya di atas ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih karena proses pemakaman siang tadi.

Tanpa ia sadari, dirinya sudah tertidur pulas karena terlalu penat dengan kejadian-kejadian  sebelumnya karena Ako terjaga sampai pagi.

Ako berjalan selangkah niat untuk membasuh muka namun langkahnya terhenti di situ. Di dalam kegelapan sepasang mata berwarna merah, memandang tepat ke arahnya.

Cukup untuk membuat jantungnya berdegup kencang seolah-olah baru lari 100 meter, “Sahabat kecilmu baru saja meninggal, kau masih mau berbuat jahat?”

"Dan... kau masih ingin melupakan dirinya seperti itu?"

"Bukannya itu cukup kasar? Dia mengorbankan dirinya sendiri demi bisa mengembalikan diriku, dan apa yang telah kau lakukan sekarang?"

"Berbuat jahat..."

"Kejahatan yang tak dapat bisa kau lihat, tetapi semua orang bisa melihatnya." Percakapannya dihabisi dengan tawa lalu hilang.

Setiap anggota badan Ako langsung menggigil, ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan tertidur dalam ketakutan.

Keesokan paginya baru ia sadar kembali karena cahaya mentari menyuluh masuk ke dalam kamar melalui ventilasi.

Ako bangun dan merasa puas tidur semalam, kepuasan memeluk bantal panjang masih terasa hingga segala penat, lelah dan perasaan takutnya kemarin hilang.

Ako keluar dari kamarnya untuk pergi menuju kamar mandi, ia melepaskan baju yang dipakai. Selepas itu menuju ke meja makan.

Mitsuki sedang menyiapkan sarapan dimana ia duduk bersebelahan dengannya, “Mana bantal panjang yang ibu belikan? Tidurku pulas karena bantal itu”

Yuusuatouri: Boundless IVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang