Ryosei memperlihatkan senyuman leganya ketika Shinobu terlihat sangat bersemangat bahkan semangatnya sendiri cukup cocok memperlihatkan dirinya sebagai gadis yang sangat polos.
"Rasanya aku berhasil memenuhi tugas yang diberikan oleh mereka semua..."
"...apakah sekarang aku terhitung sebagai Legenda juga karena memiliki semua tekad yang ditampung oleh mereka semua sampai memberikan kebahagiaan kepada salah satu Legenda terkuat?"
"Ya, mungkin saja... yang paling penting adalah aku bisa melihat dirinya lompat-lompat dan merasakan kebahagiaan yang berlebihan itu."
"Jika bukan sekarang maka kapan?" Tanya Ryosei.
"Apa maksudmu?"
"Tanganmu, istriku." Ryosei mengulurkan lengan kanannya itu dimana Shinobu langsung menuruti dirinya.
"Tolong tuntun aku menjadi istri yang paling bahagia di dunia yang tak terhingga ini, suamiku." Shinobu memperlihatkan senyumannya selagi memejamkan kedua matanya.
Ryosei jongkok di hadapannya selagi memegang erat tapak kiri Shinobu, "Shinobu Koneko..."
"Y-Ya?" Dengan tatapan serius, Ryosei mengangkat tangan kiri Shinobu setinggi pinggang.
Keheningan mulai menyebar di sekitar mereka seperti riak di kolam, pipi Shinobu memerah saat dia menatap matanya.
"Ini adalah bukti untuk masa depan kita yang cerah. Apakah kamu mau menerimanya?"
Shinobu menjawab dengan sebuah anggukan serta air mata yang mengalir keluar dari matanya, setelah dia mengangguk, Ryosei menyelipkan cincin emas itu ke jari manisnya.
Semua orang yang mendengarkan ikut merasakan kebahagiaan itu sampai mereka hanya bisa bertepuk tangan sekeras mungkin sampai suara itu dapat terdengar dari lencananya.
Rencana terakhir Ryosei untuk memiliki Shinobu sepenuhnya telah berhasil dengan penuh kesuksesan sampai ia sekarang hanya perlu melindunginya dari dekat.
Shinobu, berkedip dengan malu-malu, memegang tangan kirinya dengan cincinnya yang berkilauan emas pada dadanya.
"Ryosei!!! Aku mencintaimu!!!" Teriak Shinobu keras dimana ia langsung memeluk Ryosei sampai mereka terjatuh di atas tanah.
Shinobu berada di atas tubuh Ryosei dimana ia langsung memasang ekspresi malu ketika melihat dirinya yang sangat dekat sehingga dadanya dapat terasa di bagian tubuhnya.
"Gawat... sedekat ini... cahaya yang dihasilkan oleh bintang dan bulan hanya membuat wajah imutnya terlihat lebih jelas."
"Hei, Ryosei... bagaimana dengan sebuah ciuman?"
"Ahh, kamu masih menginginkannya ya? Wajar sekali kita memiliki sebuah kekurangan ketika cincin itu sudah terpasang pada jari manis kita."
"Cepat... Tubuh Koneko terasa geli tanpa alasan apapun, jika kamu tidak melakukan maka aku takkan bisa tidur..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Boundless IV
FantasyVolume Terakhir dari Yuusuatouri [Baca chapter pertama di Mangatoon]