Sakti tiba di hadapan gerbong yang penuh dengan Manusia, "Akhirnya sampai juga, kereta ini panjang sekali."
Pintu gerbong yang terkunci itu mulai Sakti ketuk beberapa kali sampai mengejutkan isi ruangan gerbong yang langsung menoleh ke belakang sampai menodongkan banyak sekali senjata.
"Kami bukan Zombie! Kami hanya Manusia biasa." Ucap Sakti yang mencoba untuk mendapatkan kepercayaan mereka.
Pintunya terkunci dari dalam, tetapi ia dapat membukanya dengan mudah karena bantuan dari makhluk astral sehingga ia mulai masuk k dalam selagi mengangkat kedua tangannya.
"Tidak perlu takut, aku datang dengan damai. Tidak ada satupun hal yang harus kalian takuti dari Kakek tua sepertiku."
Mereka semua langsung menurunkan semua senjata itu sampai Sakti mulai mengajak Hinoka untuk mendekat demi bisa menaikkan kepercayaan mereka semua.
"Dia terinfeksi...!!!" Teriak salah satu wanita yang sempat memperhatikan Hana dan Zoiru tertahan oleh Zombie.
Ketika mendengar peringatan seperti itu, mereka semua langsung panik sampai mundur beberapa langkah sambil mengangkat semua senjata itu.
"Huh? Apa?"
"Terinfeksi dari mana? Kita terlihat baik-baik saja bahkan hidup dan mulut kita masih terlindungi dengan masker." Ucap Hinoka.
"Lihat dari tubuh mereka yang penuh dengan darah...! Darah itu pasti sudah mengandung Virus Genovida!"
"Apakah kalian ingin mati?! Cepat usir mereka atau bunuh secepat mungkin sebelum terlambat!"
Hinoka menghela nafasnya, "Seperti ini, Sakti. Manusia ketika sedang berada di dalam situasi panik dan genting, yang mereka pedulikan hanya satu yaitu diri sendiri."
"Brengsek, padahal aku terlihat baik-baik saja. Hanya saja punggungku terasa pegal sekali sampai memerlukan beberapa pijatan."
"Kita harus usir mereka...!"
"Kalian yang baru saja ke dalam gerbong ini, lebih baik pergi sejauh mungkin karena Virus Genovida dapat menginfeksi dengan cara apapun."
"Ini peringatan terakhir sebelum kami melakukan sesuatu yang pantas sebagai perlindungan diri, kembali ke gerbong belakang sekarang juga...!"
Sakti tidak bisa mengatakan apapun kepada warga Vectonia yang terkenal sebagai warganya juga di dalam dunianya sendiri, mereka semua terlihat sangat egois dan pesimis.
Ditambah lagi tatapan yang mereka pasang kepada dirinya dan Hinoka terlihat seperti ketakutan murni, "Serius? Kalian ingin bermain seperti ini?"
"Dimana keadilan sosialnya? Apakah kalian sudah melupakan tentang itu...?"
"Ahh, benar juga. Lagi pula keadilan sosial memang sudah lama dihapuskan, segala hal yang ada di sana sudah pasti akan dilupakan."
"Menyedihkan sekali, Aditya... kenapa kau harus berjuang demi warga yang akan berubah menjadi sampah seperti ini di masa depan." Sakti merasa malang dengan para pahlawan.
"Pergi!!!" Teriak Manusia lainnya yang meminta Sakti dan Hinoka untuk pergi secepat mungkin.
"Keluar!!! Keluar!!!"
Sakti berbalik arah lalu ia mengajak Hinoka untuk pergi secepat mungkin, "Sudahlah, untuk apa kita bergantung pada mereka."
"Benar juga."
"Lihat saja kalian! Ketika kiamat tiba, tidak ada satupun hal yang dapat kalian lakukan! Sepupuku akan membantai habis kalian semua!" Ancam Hinoka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Boundless IV
FantasyVolume Terakhir dari Yuusuatouri [Baca chapter pertama di Mangatoon]