Ako mencoba untuk mencari cara dengan melawan sosok itu dengan terus melepaskan banyak sekali kemampuan yang dapat ia pikirkan.
Namun, baru saja ia mengeluarkan aura yang menghasilkan Lenergy pada tubuhnya. Tubuh sosok itu juga turut serta seperti tahu apa yang sedang ia lakukan di dalam hatinya.
Hati Ako menerima semakin banyak ketakutan. Ia sadar tak ada yang dapat dirinya perbuat bahkan mencoba untuk mengakses kemampuan itu memberikan dirinya sedikit keraguan untuk tidak memakainya sembarangan.
Ako merebahkan tubuhnya ke atas ranjang dan menarik selimut. Ia selimutkan semua anggota tubuhnya termasuk kepala.
Di saat ini Ako hanya mampu berserah, berharap seseorang memberikan pertolongan yaitu Zen yang entah ada dimana.
Sungguh Ako merasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri yang tak dapat melakukan apapun, di saat senang ia melupakannya.
Apa yang diwajibkan kepada Ako, Ako tak menjalankannya. Sekarang Ako mau meminta pula kepadanya, Ako masih berada di dalam selimut dan ia mendengar suara berselangan dengan tawa, “Kembalikan, hahaha."
Ako menangis di dalam selimut, menangis sejadinya. Setelah ia rasa keadaan sudah reda lalu memberikan diri untuk mengeluarkan kepalanya dari selimut.
Tanah, selimutnya penuh dengan tanah, tanah kubur. Bau tanah memenuhi ruang kamarnya karena terlalu takut untuk tetap tinggal di dalam kamar.
Ako membuat keputusan untuk keluar duduk di ruang tamu. Ako turun dari ranjang lali secepat mungkin menuju pintu kamar dengan cepat.
Sosok itu berdiri di depan pintu kamar, kali ini Ako tak dapat lagi berpikir lalu tubuhnya jatuh ke lantai. Ako pingsan untuk yang pertama kalinya sepanjang hidupnya karena terlalu terkejut dan ketakutan.
...
...
Seorang lelaki, duduk di ruang tamu bersama dengan seorang lelaki tua yang berpakaian seperti penyihir. Ruang tamunya penuh dengan tengkorak-tengkorak manusia, “Kau mau aku buat apa?”
"Saya mau Kakek buat dia kembalikan barang saya. Itu barang pusaka dari arwah nenek moyang saya. Saya ingin itu kembali.” Jawab lelaki itu.
“Ayah...” Pipi Ako terasa sakit.
Seperti baru saja ditampar dengan lengan yang kasar. Tamparannya sangat padu, ia tersadar dari mimpi, “Barang?”
Otaknya dapat menangkap sesuatu. Lantas ia bangun menuju lemari, ia membuka pintu lemari lalu mengeluarkan satu kotak dari dalam lemari itu.
Ako membuka kotak kecil itu, sebuah serpihan yang bisa disebut sebagai Relic. Barang yang diberikan Shinobu padanya sebagai simbol agar dirinya tidak melupakan sahabat masa kecilnya.
Tapi Ako menolaknya dengan pikiran yang tidak mengenali Shinobu terlalu dekat karena ia hanyalah sekedar Legenda yang diperkenalkan oleh Zen sehingga dia lari begitu saja sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya.
Saat itu juga dimana Shinobu pergi untuk selamanya. Ia memegang serpih Relic itu, tiba-tiba serpihan itu menjadi panas hingga melukai tangannya.
Ia melempar serpihan itu ke lantai lalu Ako hanya memperhatikannya saja sampai serpihan itu berhenti berputar.
Entah kenapa pikirannya mencoba untuk memperingatkan sesuatu tentang serpihan itu yang terlihat sangat tak asing.
Rasanya dia pernah melihat serpihan itu di suatu tempat, hanya saja tidak mengingat tempat seperti apa.
Dirinya juga tidak tahu jika ia berada di dalam mimpi atau tidak karena semua yang dirasakan olehnya terasa seperti kenyataan sampai ia rela untuk melanjutkannya dibandingkan diam tanpa melakukan gerakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuusuatouri: Boundless IV
FantasíaVolume Terakhir dari Yuusuatouri [Baca chapter pertama di Mangatoon]